Friday, October 24, 2008

Scene 17 - And Then There Were Three

gerimis yang membasahi,
sejak tadi,
dan sayup-sayup suara guruh bergelegar di kejauhan.
malampun merayap turun memeluk bumi erat-erat seakan tak pernah akan lepas lagi.


gerimis sudah berhenti sejak tadi.
ribuan serangga malam bernyanyi dalam sepi.
menyenandungkan lagu sunyi.
menyiram luka,..
perih di hati.

Scene 16 - Antara

batas tipis antara siang dan malam
diawali lengkingan adzan merintih indah dan dalam
menyongsong datangnya sayap sayap sang kelam
ya ..Tuhan sekalian Alam !
akankah lewat sinar lembutnya yang temaram
sang bulan sudi sampaikan salam ?
memberi cahayanya pada rindu yang tak jua ingin padam

Scene 15 - Sore

di sini.....
di pojok...
di kamar....
di lantai....
di rumah ini
kayu...logam...air...tanah...dan api
berendam dalam sepi dan
merenung dalam sendiri
sambil menanti hari
sementara waktu merambat tak pasti
dan sekali-kali kicau burung bercicit lagi
di luar gerimis hujan menitik air mata dalam sunyi
mengusir matahari yang enggan pergi
dan tanpa mengeluh lenyap ditelan bumi
yang tak terasa sudah berhenti tak kembali sejak tadi
disini.....

Scene 14 - Sepi #2

‘bagaimana rasanya sepi ?’,.. tanyamu
ceritaku,......
matahari sudah lama tenggelam
sepi terbaring berselimutkan malam
lewat sinar rembulan pucat dan temaram
rindu torehkan luka pedih dan dalam,....dalam,.....

(suatu tempat di Bandung utara, 27 Maret 1995, 00:10)

Scene 13 - Sepi #1


‘apa itu sepi ?’, tanyamu
jawabku,......
sepi adalah butir-butir air yang berpacu turun dibalik jendela ketika hujan akhir musim siramkan dingin
sepi adalah puncak puncak gunung kebiruan berselimutkan kabut dalam hening pagi bulan mei
sepi adalah malam-malam panjang tak berujung merindukan datangnya fajar
sepi adalah bulan pucat
sepi menggantung dilangit hitam taburkan ribuan bintang
sepi adalah gelombang laut mendebur pasir pantai tak pernah henti
sepi adalah angin pesisir bertiup perlahan deretan beratus nyiur melambai
sepi adalah cahaya merah yang melintas dicakrawala
sepi adalah desah lembut nafasmu seribu kilometer melintas lautan jauh disana

(suatu tempat antara Jakarta dan Bandung, 4 Mei 1995, 16:00)

Scene 12 - Ketika langit marah

BAC1-11, 2 Maret 1995, 08:00
aku tahu pada saatnya nanti aku kan kembali padaMu
aku tahu bahwa aku tak tahu kapan itu semua kan jadi takdirMu
tapi,..ya Allah
seandainya saat ini adalah mauMu bagiku
ku ingin dia tahu betapa aku menyayanginya selalu

Scene 11 - Bukit Duri

Jakarta 2 Maret 1995, 00:15


sementara jarum jam merambat melalui pertengahan malam
aku lelap dalam gelisah

Scene 10 - St Hall

Bandung 1 Maret 1995, 12:00

rel lurus panjang hitam itu membisu
ditimpa panas sinar mentari siang dibawah langit biru
dan kau ada diujung perjalanan itu

Scene 9 - Hari demi hari

hari demi hari kuisi dengan menyulam rindu
sambil duduk di pojok sini
tuk kupersembahkan jadi selimut tidurmu

hari demi hari kulalui malam-malam membisu
diantara detik-detik menjelang pagi
ingin kucium harum rambutmu

Scene 8 - Sore, Malam dan akhirnya Pagi

sore itu


dari balik buram kaca jendela kamar ini,
kulihat hujan itu tak jua turun
dan mendung kelabu yang menggantung berat itu bergerak dalam hening
sementara cahaya matahari sore semakin redup dan terisak pergi
dan kegelapan yang semakin mencengkram
angin yang enggan bertiup tikam kan sepi di hati
ketika.... perlahan daun-daun mulai menari-nari
tersentak-sentak ditimpa tirai gerimis yang menyebar dingin
ketika akhirnya menjadi semakin deras dan deras basah, mengalir dan lepas......
dan lamat-lamat bayang wajahmu mengantarku dalam lelap .
malam itu
aku tersadar kembali ketika tetes-tetes hujan mulai menipis
dan kesenyapan malam mulai menyelimuti
diiringi desahan jangkrik datar bersahut-sahutan
aku duduk terdiam dipinggir jendela
mencoba memandang lurus gunung di kekelaman sana
gunung yang juga mengingatkanku padamu
tetapi kabut yang mulai menebal kaburkan pandanganku
pagi itu

dari balik buram kaca jendela kamar ini,

kulihat fajar merekah merah di pagi yang menjelang
antarkan kicau burung dalam segarnya dingin
satu malam lagi berlalu desahku lirih
rinduku padamu adalah takutku padaNya

sayangku padamu adalah syukurku padaNya

Scene 7 - Enigmatic Ocean

luas laut itu kita sebrangi berdua tuk mengantarmu kembali....
dan luas laut itu kusebrangi lagi tuk tinggalkan mu sendiri...
laut itu sepi
laut itu simpan teka teki
dan dengan tak pasti kusimpan biru rinduku di dalam senyap lautan hati
akan kah kau selami ?

Scene 6 - Rumah Kita

matahari dini hari itu tak terlihat terang sebagaimana biasanya
dan sebagian besar langit dipayungi gumpalan awan pucat dan kelabu
genangan air sisa hujan tadi malam menyebar bercipratan diterabas roda roda kesekeliling jalan yang melaju dalam segar dinginnya pagi
kubangan air pada sawah disekitar kita berserak diam membisu
pohon pohon menghijau di kiri kanan jalan berlarian menjauh,
sementara roda-roda itu terus berlari
ke insyaAllah rumah kita

Scene 5 - Coming Home

Flight-MZ038 DPS-SBY-BDO Jumat 11 Nov 94 (05:30 WIB)

pulang, suatu kata yang tidak seindah kemarin, karena tahu bahwa kau tidak lagi berada disana dan lihatlah dibawah sana dalam kegelapan pagi laut yang kemarin masih laut yang memisahkan kita. dalam kegelapan dan suramnya cahaya pagi dia tampak lebih luas dari kemarin.
bilakah kita mampu mengukurnya ?

Scene 4 - Suatu Sore di Kuta

Kamis , 10 Nov 1994

pantai itu panjang dan bersih, perlahan kaki kita menyusurinya dan butir butir putih pasir kuta begitu lembut mengusap telapak telanjang yang melangkah satu demi satu.
sesekali ombak yang datang menderu membasahi
dan menyapu sejuk dingin dan kembali pergi.
jejak-jejak yang tertanam di pasir berderet panjang dibelakang kita dan dua tiga sapuan ombak akan meratakannya kembali seakan kita tidak pernah berjalan disitu.

Sayang ,
tahukah kau bahwa dalam hidup yang singkat ini, kita pernah menorehkan garis yang dalam sekali waktu yang kemudian tak sedalam itu hari ini dan hilang keesokan harinya.

Scene 3 - Rutinitas

hari-hari penghujung musim kemarau terasa begitu panjang, menjemukan dan panas, kita isi dengan lamunan.

Scene 2 - Uluwatu Sunset

Selasa sore, 08 Nov 94

jalan itu panjang, hitam dan berkelok kelok, diselingi penurunan
dan pendakian pada ujung hari itu
disekeliling kita dan sejauh mata memandang,..
hamparan sunyi sawah hijau luas tak bertepi.
jeep tua kecil sewaan itu meraung dan melaju mengejar tenggelamnya matahari sore.
jalan panjang itu berujung pada sebuah pura tua dan berlumut yang diapit kumpulan hutan kecil dan panjang yang meranggas seakan memagari pura itu.
dibagian bawahnya dikelilingi jurang terjal yang nyaris vertikal dan menahan pura tersebut dari gempuran ombak yang bergulung-gulung tanpa henti,
entah sudah berapa abad lamanya.
ratusan walet terbang perlahan dan berputar putar di bibir jurang.
nun jauh disana, bulat bola matahari senja mulai merendam diri di cakrawala lautan luas,

laut yang memisahkan kita.

langit berwarna merah, merah dan semakin merah.

wish you were here,....

Scene 1 - Dari balik jendela

Flight-MZ390 DPS-SBY-BDO Senin 07 Nov 94 (12:50 WIB)
awan awan keabuan yang bergerak perlahan diantara langit dan bumi seakan menggantung memayungi permukaan bumi,
bumi kita

permukaannya memantulkan pola pola cemerlang disiram cahaya terik matahari siang.dibawah sana ribuan bintik cahaya keperakan menyebar luas di birunya permukaan laut. lihat cermin raksasa itu, ada dua matahari disana,..!

wish you were here,....

Thursday, October 23, 2008

Storm - Don Lawrence

Komik ini pertama kali saya baca di majalah Eppo milik sahabat abang saya ketika sekolah dasar dulu. Sayangnya karena ayah (alm) hanya seorang pegawai negeri yang tentu saja harus berhitung kebutuhan sebulan vs pendapatan, untuk berlangganan majalah ini bagi kedua anak lelakinya tentu butuh pemikiran yang mendalam ;)

Jadi saya hanya bisa berharap ketika kebetulan sedang menemani abang ke rumah sahabatnya tsb, mereka mau meminjamkan 1 atau 2 majalah Eppo untuk dibaca di tempat dengan tergesa gesa, sambil berharap ini bukan episode yang pernah saya baca sebelumnya. Sayang-nya karena tidak dipinjamkan secara berurutan kadang sangat sulit bagi saya untuk merunutkan cerita tentang Storm ini. Meski demikian lukisan (karena tidak tepat disebut sebagai semata mata komik) Don Lawrence sangat indah dengan warna2 yang luar biasa.




Sebelumnya saya sudah mengenal Oom Don dari karyanya lain, lewat majalah Hai (kalau yang ini kebetulan saya dan abang saya diberikan ayah kesempatan untuk berlangganan, meski setiap baca selalu berebutan) yaitu kerajaan Trigan, ini merupakan cerita di planet antah berantah dengan jumlah bulan lebih dari 1. Untuk kostum Don Lawrence banyak mengadaptasi pakaian pasukan Roma. Cuma bagi saya Storm jauh lebih asyik, gelap dan misterius, cerita tentang pilot pesawat ruang angkasa yang terjebak dalam sejenis black hole dan terseret dalam pusaran waktu tanpa bisa kembali, ironis sekaligus bagaikan enigma yang tak terpecahkan sepanjang cerita. Belum lagi tokoh2 lain seperti si rambut merah (rodhaar).


Tanguy and Laverdure - Uderzo

Sebagai seorang anak laki2 yang pada umumnya penggemar pesawat terbang, begitu juga saya pada masa itu. Salah satu komik yang sangat saya sukai dan menggambarkan kehidupan pilot pesawat tempur adalah "Michel Tanguy" dan "Ernest Laverdure" yang menceritakan sepasang sahabat yang berprofesi sebagai pilot pesawat tempur buatan perancis Mirage. Unik nya persahabatan ini karena mereka berdua mempunyai karakter yang berlawanan, sementara yang satu tenang dan jujur yang lain justru nyentrik dan agak ceroboh. Sementara karakter ceroboh tentu saja bukan karakter yang pas bagi seorang pilot.


Tentunya yang ada di benak saya saat itu adalah betapa mengasyikkan-nya menjadi seorang pilot, menggunakan peralatan canggih, menikmati petualangan yang penuh ketegangan dan dikagumi banyak orang.

Tetapi tidak semua komik Tanguy dan Laverdure digambar oleh Uderzo, sebagian oleh Jije, ada juga Serres, Al Coutelis, dan bahkan ada komik yang bukan cuma Uderzo yang menghilang melainkan sekalian bersama Jean Michael Charlier, yaitu kolaborasi Laidin - Fernandez serta Laidin -Garreta. Tentu saja kombinasi yang paling oke bagi saya adalah Charlier dan Uderzo. Khusus Uderzo, saya suka ketrampilan teknisnya dalam menggambar, dan dia bisa gaya kartunis sekaligus gaya naturalis. Ini terlihat dari cara dia menggambar  Tanguy dimana dia menggunakan teknik naturalis dan sebaliknya Laverdure yang berkarakter ceroboh menggunakan teknik kartunis.



Mengenai Mirage III sendiri yang merupakan kendaraan utama Tanguy dan Laverdure sebenarnya banyak yang meragukan pesawat buatan perancis ini, karena sebagaimana MIG yang dibuat Rusia, pesawat ini menggunakan desain yang sangat sederhana seakan akan hanya roket yang diberi sayap serta kabin pilot. Meski demikian Mirage di sekitar 1982 pada perang Malvinas salah satu variant-nya menjadi bintang yaitu Super Etendard yang meluncurkan Exocet hanya dengan ketinggian beberapa meter diatas permukaan laut dan menghajar HMS Sheffield secara telak.

Khusus mengenai Uderzo, imigran asal italia ini  dengan karya besarnya seperti Asterix dan Ompa-pa, sudah merupakan jaminan akan kualitas gambar yang mempesona, detail dengan garis garis akurat. Kualitas-nya terbukti dengan penghargaan yang beliau raih seperti salah satu-nya Eisner Award. Rasanya kualitas gambar-nya bisa disejajarkan dengan Herge, bedanya Herge menggunakan coretan secara efektif sedangkan Uderzo lebih detail.  

Tetapi tanpa skenario cakep dari Charlier yang memang pengetahuan-nya soal angkatan udara dan problem2 umum yang terjadi, tentu saja komik ini tidak akan menarik.  Jadi kolaborasi mereka memang saling melengkapi dan tak kalah dengan kolaborasi Goscinny dan Uderzo dalam Asterix.

Tintin - Herge

Nah ini salah satu komik yang membuat saya suka "travelling". Pertama kali baca penerbangan 714 dan terpesona dengan misteri yang digambarkan oleh Herge (Georges Remi 1907-1983), serta bagaimana dengan teknik gambar yang rinci dalam menggambarkan produk teknologi seperti pesawat 714 dalam komik-nya. Dalam komik ini juga digambarkan Kemayoran airport saat, itu, rasanya senang sekali melihat Indonesia digambarkan dalam komik ini. Juga kepulauan vulkanis di sekitar sulawesi yang dalam komik ini disebut sebagai pulau bompa.

Untuk penggambaran detail memang salah satu kelebihan Herge, mulai dari menggambar mobil yang memang ada pada masa dimana kejadian ketika komik divisualisasikan (misalnya dalam "negeri emas hitam"), kapal layar abad pertengahan ("harta karun rackham merah"), pesawat ("penerbangan 714" dan "rahasia pulau hitam") bahkan roket dan instalasi-nya ("perjalanan ke bulan" dan "penjelajahan ke bulan" yang diinspirasi dari roket V2 jerman masa itu), semuanya digambarkan secara detail. Ini menunjukkan kalau Herge selalu melakukan riset dengan detail sebelum memvisualisasikan-nya ke dalam komik. Mungon itu juga sebab-nya tak banyak komik yang dibuat olehnya.

Untuk kebudayaan Herge juga tidak tanggung2, dalam 24 komik petualangan Tintin yang dia buat mulai dari wajah, pakaian, warna kulit sampai adat istiadat semua tergambar secara lengkap. Mulai dari arab ("negeri emas hitam"), tibet ("tintin di tibet"), indian ("tawanan dewa matahari"), afrika ("tintin di congo"), indonesia ("penerbangan 714") ini menunjukkan bahwa Herge adalah seorang pelancong murni.



Tokoh2 yang menarik dalam komik ini diperankan oleh Tintin sebagai wartawan belgia muda dengan ciri khas jambulnya, bersama anjing "fox terier" bernama snowy ("milou" dalam versi prancis), kapten haddock (pelaut brewok nan pemarah), prof "budek" calculus ("tournesol" dalam versi prancis), dua detektif "dodol" thomson dan thompson ("dupont" dan "dupond" dalam versi perancis). Tokoh2 lain yang tak kurang menarik mulai dari Nestor si pelayan dengan wajah mendongak, Jenderal Alcazar diktator amerika selatan, Jolyon Wagg salesman asuransi, Kalish Ezab sang emir dan anaknya si "super nakal" Abdullah, Chang si bocah cina yang diculik Yeti, Rastapopoulos si yunani licik serta Doktor Muller si penjahat jerman dan terakhir Cutts tukang daging sebelah Marlinspike Hall (rumah Kapten Haddock), yang nomor telepon-nya mirip dengan rumah si Kapten.

Herge menggambarkan komik meliputi dunia fantasi ("penerbangan 714"), misteri ("tujuh bola ajaib" dan "tintin di tibet"), politik ("negeri emas hitam" dan "tongkat raja ottokar"), dan teknologi ("perjalanan ke bulan"dan "penjelajahan di bulan") dan perbudakan ("hiu hiu laut merah").


Wednesday, October 15, 2008

Garth - Frank Bellamy

Sempat menjadi "comic strip" di harian Kompas, dan Gramedia mengambil inisiatif untuk menerbitkan beberapa diantaranya dengan judul


Topeng Atacama (The Mask Of Atacama)
Wanita wanita Galba (The Women of Galba)
Mahluk Jurang Dasar Laut (People of The Abyss)
dll

Frank Bellamy menunjukkan kemampuannya dalam menggoreskan pena, dalam menggambarkan sosok kekar berambut pirang ini. Keistimewaan Garth adalah petualang waktu, mirip dengan film "Quantum Leap" di film seri TV tahun 90'an, Garth mengarungi waktu dan kadang dibantu Professsor Lumiere, lelaki setengah baya dengan kepala botak dan janggut runcing (mirip Stalin, tokoh komunis Rusia), untuk mengembalikan dan merekonstruksi ingatan Garth akan masa lalu.

Meski sosok cerita ini aslinya bukan berasal dari Frank (konsep asli dari Steve Dowling), akan tetapi visualisasi yang unggul dengan garis tegas, tajam dan rapih benar mempesona saya.



Sebenarnya komik ini agak berbau dewasa karena banyaknya penggambaran wanita dengan dada telanjang, meski tidak terasa vulgar. Sehingga referensi seks saya salah satunya dibentuk dari komik ini, maklum orang tua agak konservatif untuk hal yang satu ini, jadi sebagai anak untuk hal yang satu itu dituntut untuk pintar sendiri ;) Garth sering digambarkan menggunakan mobil mirip dengan Holden Kingswood, model yang cukup akrab di tahun 70 an.


Setelah Bellamy meninggal, maka karya-nya dilanjutkan oleh Martin Asbury, sayang kualitas gambar doi jauh dibawah Bellamy. Salah satu yang asyik, komik ini juga membantu saya dalam Bahasa Inggris, karena terjemahan ditaruh dibagian bawah gambar dan membiarkan teks asli tertulis apa adanya.

Tarzan - Burne Hogarth

Suka komik Tarzan ? dari sekian banyak komik Tarzan, salah satu ilustrator terbaik (nyaris2 mendekati tingkat apresiasi pelukis), tentu saja tak lain adalah Burne Hogarth (meninggal di tahun 1996) . Beliau punya teknik goresan yang sangat indah dan secara cerita, beliau juga salah satu yang paling setia terhadap versi asli dari cerita Tarzan karangan Edgar Rice Burroughs.


Meski setelah dewasa saya baru menyadari kalau tokoh Tarzan ini mengandung isu "sara" karena menggambarkan dominasi kulit putih terhadap kulit berwarna, akan tetapi dari sudut pandang anak sekolah dasar (ketika pertama kali mengenal komik tarzan) dan sudut pandang anak sekolah menengah pertama (ketika pertama kali menikmati versi Tarzan Burne Hogarth), gambar Hogarth ini sangat mengesankan. Goresannya bagaikan "Michael Angelo" versi komik bagi saya.




Tarikan garisnya berkualitas, dan gambarnya detail, proporsional sekaligus indah, dan pengetahuan beliau dalam anatomy benar2 menakjubkan untuk seorang komikus.

The Phantom - Lee Falk

Bayangkan suasana muram di daerah sekitar pelabuhan, jalan jalan yang sepi, dermaga kayu dengan kotak2 kayu disekitarnya dan laut hitam disekelilingnya. Seorang pria, dengan topi ala "tompi" menutup wajahnya dan jas panjang ala detektif yang menutupi lututnya disertai seekor anjing besar galak dan hitam (sebenarnya serigala dan biasa dipanggil "devil"). Berjalan dengan suara sepatu yang berat dan berdetak mengetuk sunyi di sepanjang dermaga tanpa adanya suara lain. Sementara di belakang laut, kita temukan gelapnya rerimbunan hutan afrika.


Sosok ini agak mengingatkan kita pada Batman, sebagaimana Bruce Wayne, dengan karakter "malam"-nya, Salah satu ciri khas Phantom adalah pistol-nya, he he memang agak sedikit unik kalau superhero mengandalkan pistol, ciri yang lain cincin tengkoraknya (benda yang saat itu benar2 ingin saya miliki). Karena jarang menggunakan pistolnya, umumnya Phantom lebih suka menggunakan tinjunya, dengan oleh2 berupa bekas tengkorak di bagian tubuh musuh2nya.




Komik ini muram, gelap, misterius dan sangat berkesan bagi seorang bocah sekolah dasar seperti saya pada masa itu, komik ini juga yang membuat saya bercita-cita menjadi detektif kelak, meski tidak kesampaian.


Masa itu koleksi ayah (alm) di perpustakaan merupakan tempat "bertapa" favourite" bagi saya. Bukan cuma komik, ayah juga mengkoleksi koran indonesia raya, intisari, majalah sastra kisah dan horison. Mmmmm benar2 masa yang sangat mengesankan.

Mandrake The Magician - Lee Falk

Komik Lee Falk, ini saya baca ketika masih sekolah dasar, dari klipping koran yang dibuat ayah (alm). Dalam komik hitam putih ini, Mandrake digambarkan sebagai orang dengan jubah pesulap, rambut licin (bagaikan menggunakan pomade, minyak rambut lengket dengan bau menyengat, pada masa itu).

Keahliannya adalah teknik hipnotis cepat, misalnya dia dapat memberi kesan pada musuhnya bahwa dia besar atau dia berjumlah banyak meski kecil bagaikan cerita gulliver, dan hal-hal lain yang sifatnya hipnotis kilat. Dan yang menarik apa yang dilihat musuh2nya digambarkan dalam komiknya, sehingga terlihat menakjubkan.




Dalam prakteknya membasmi penjahat, dia kadang dibantu seorang afrika bertubuh besar dengan baju kulit macan tutul bernama Lothar, sosok yang ini digambarkan sebagai manusia berotot seperti gambar pria perkasa dalam obat kuat pada masa tsb.

Tokoh wanitanya bernama Narda, dalam komik yang saya baca mereka tidak pernah menikah, meski menurut informasi dalam edisi yang lebih baru, akhirnya mereka digambarkan menjadi pasangan. Rasanya kadang ingin kembali pada masa itu dan membaca komik ini sepuasnya. Sayang kliping ayah sudah gak jelas dimana, berhubung keluara kami berpindah mengikuti penempatan ayah (alm) ke beberapa kota di Indonesia.

Friday, October 10, 2008

Testament, Return of The [Thrash] King

waw.., cuma itu yang bisa saya ucapkan ketika pertama kali mendengar, album "The Formation of Damnation", kenapa ? sebab kalau dibandingkan dengan comeback-nya Megadeth (united abominations), yang meski lebih baik jauh dari comebacknya Metallica (death magnetic), akan tetapi comebacknya Testament jauh melewati kedua seniornya tersebut.

Dengan ketukan mantaf double bass rapatnya Paul Bostaph (Ex Slayer),Testament benar2 menunjukkan pada band metal yang lebih muda, bahwa mereka layak mendapat julukan "king of thrash", dan layak untuk kembali dijadikan lokomotif kebangkitan musik keras saat ini. Sepertinya putusan untuk mengganti Louie Clemente yang sound-nya cenderung tipis menjadikan album Testament ini bener2 mantafff.

Belum lagi, permainan Skolnick yang "ajaib", menyemburkan improvisasi yang panjang dan sulit diduga serta sound yang lebih modern. Pengalaman doi di ranah jazz khususnya dalam Attention Deficit dan Alex Skolnick trio dan bersama Michael Manring dan Tim Herb benar2 memperkaya album Testament ini. Doi membuktikan meski bukan murid Joe Satriani yang "mengkilap" dibanding Kirk Hammet apalagi Steve Vai, tetap seorang skolnick punya "sesuatu".

Diluar itu semua, salut buat Chuck Billy, yang kualitas vokalnya setelah perang dahsyat melawan kanker, malah jadi lebih "soulfull", dan semangat doi yang tak pernah henti untuk berkarya, dimana nyaris 90 % materi album ini adalah buah karya doi.

Album ini sangat direkomendasikan buat yang masih terluka dengan "Death Magnetic" ;) lupakan metallica yang belum belajar dari kasus "ST. Anger", berikut track list album;

1 For the Glory Of... 1:12
2 More Than Meets the Eye 4:33
3 The Evil Has Landed 4:44
4 The Formation of Damnation 5:09
5 Dangers of the Faithless 5:47
6 The Persecuted Won't Forget 5:49
7 Henchmen Ride 4:00
8 Killing Season 4:52
9 Afterlife 4:13
10 F.E.A.R. 4:46
11 Leave Me Forever 4:28

Thursday, May 29, 2008

Laskar Pelangi - Andrea Hirata

Sangat menarik membaca 3 dari 4 novel Andrea Hirata ini, cerita-nya mengalir lancar, dan Andrea dapat menuangkan hampir seluruh pengalaman hidupnya yang benar2 colour full hanya dengan kata kata. Satu hal yang paling berkesan bagi saya adalah bahwa konsep takdir terlihat sangat jelas benang merahnya, bagaimana buku Edensor yang dia baca sebagai pemberian gadis cina berkuku indah dimasa kecil dan harapan gurunya untuk dapat belajar di Sorbonne, akhirnya benar-benar membawa Andrea kesana.

Buku ini juga mengajarkan kita bahwa sejauh kita punya keinginan, maka apapun kondisinya tidaklah harus menjadi penghalang. Juga bahwa ribuan mil perjalanan, tetap dimulai dengan satu atau dua langkah kecil.

NP Porcupine Tree Nill Recurring