Tuesday, November 27, 2012

Julyan dan Lorong Cahaya

Aku melihat dunia tanpa warna, semua hanya terdiri dari gradasi antara hitam dan putih, dan aku terus berjalan menyusuri sebuah lorong panjang menuju cahaya di ujung-nya. Sosok2 akrab namun sudah meninggal berdiri diujung lorong, seakan akan menyambutku dan diantaranya sosok almarhum Ayah. Anehnya aku bukanlah lelaki dewasa dalam mimpi ini, namun seorang anak lelaki berusia sekitar 8 tahunan. Ayah menyongsongku dan dengan lembut berkata, "nak belum saatnya kau kesini, kembalilah", dan lamat2 aku mendengar desisan alat bantu pernapasan dalam ruang IGD, isak tangis anak dan istriku, dan.... Ya Allah Kau beri aku kesempatan kedua.

Ya itulah cerita Julyan mengenai mimpi-nya di saat koma, akibat serangan jantung lima tahun yang lalu, siapa Julyan ?  ya dia adalah sahabatku, dua minggu yang lalu dia mampir ke meja-ku seraya mengeluh sudah beberapa hari  tidak  enak badan. Lalu dia benar2 pergi selamanya, kemana ? Ya mungkin Julyan kembali menyusuri lorong tersebut kearah cahaya dan kali ini dia tidak pernah kembali.

Julyan juga cerita anak bungsunya sangat traumatis dengan peristiwa itu, dan selalu memegang lengan Julyan kuat2 setiap melewati RS yang sama meski jauh setelah peristiwa itu terjadi seraya berkata, "Papa jangan tinggalkan adek ya". Namun Julyan bersyukur, karena si bungsu menjadi rajin belajar, terobsesi untuk menjadi dokter agar kelak dapat menjaga sang Ayah.




Setelah tujuh bulan dia kembali bekerja di kantor kami, kepercayaan BOD yang sangat tinggi membuatnya harus mengelola Dept baru untuk memonitor deliverable dan penagihan, koordinator inovasi, pengembangan produk baru dalam area mobile apps, di lain pihak berbeda dengan saat dia ada ditempat yang sama pada periode lalu, kali ini dia tidak mempunyai manager, dan semua staff project management harus memberikan laporan langsung pada-nya. Bahkan bukan cuma itu, semua proyek bermasalah harus dia kunjungi dan membuat evaluasi atas hambatan yang ada sekaligus mencari solusi.

Meski Julyan sosok yang penuh semangat, namun fisik-nya dan suasana kantor yang penuh tekanan sepertinya tidak mendukung. BBM nya beberapa hari yang lalu semakin mengisyaratkan keletihan, seperti komentarnya bagi BOD  "to win his heart, everything is a test, it's a constant test all the time".

Hari itu dalam meeting yang tidak aku ikuti karena sedang tidak enak badan, teman2 cerita dia sempat ditegur karena terlihat, pucat, mengantuk dan duduk dengan posisi menyandar. Aneh-nya Julyan yang biasa ramai, hari itu hanya diam tanpa mengeluarkan satu patah katapun. Sayang-nya karena suasana meeting yang cukup menekan, tak ada yang benar2 sempat memperhatikan kondisi Julyan. Saat meeting kedua berlanjut, dia meninggalkan ruangan dan juga tas-nya seraya terbatuk batuk menuju mejanya.  Namun batuknya semakin keras dan sepertinya lebih merupakan upayanya untuk mengaktifkan jantung-nya, dia dibawa oleh rekan2 lain meninggalkan kantor, meski dalam perjalanan sempat sadar di IGD di RS Harapan Kita, setelah dilakukan CPR, Julyan meninggalkan kami semua sekitar jam 10:45 siang, Senin 26/11/2012 .

Siapa Julyan ? aku mengenalnya sekitar empat tahun lalu, ketika  Direktur saat itu, mengajak kami berdua diskusi mengenai implementasi Project Management di divisi Managed Services, saat itu dia merupakan karyawan baru. Tak lama kemudian dia dipercaya memimpin PMO Dept sebagai manager. Setahun kemudian dia di promosikan menjadi Division Manager, namun tahun 2011 dia keluar dan kembali lagi bergabung di 2012.

Kenapa Julyan sempat keluar ?, saat itu terjadi reorganisasi di perusahaan kami, sebagian petinggi karena merasa tidak sejalan dengan kebijakan perusahaan, memutuskan untuk membuat perusahaan baru, sebut saja X. Karena Julyan memiliki hubungan dekat dengan salah satu tokoh kunci yang pindah ke X, loyalitasnya jadi diragukan. Tidak nyaman dengan situasi tsb, Julyan memutuskan untuk bergabung dengan sebuah perusahaan di bidang content provider.

Menyadari kecurigaan pada Julyan tidak beralasan karena ternyata Julyan tidak bergabung dengan X, dan kebetulan pada saat yang sama perusahaan kami lagi2 memiliki masalah dengan manajemen proyek, maka Julyan kembali dihubungi sekaligus untuk mengklarifikasi "tuduhan" pada loyalitas-nya. Kebetulan perusahaan content provider saat itu sedang mengalami masa sulit akibat tuduhan penyalah-gunaan pulsa, maka tanpa banyak pikir, Julyan memutuskan kembali bergabung. Ketika melihatnya kembali ke kantor, aku cukup terkejut, karena cukup banyak tokoh kunci keluar akibat tekanan yang tinggi, namun sebaliknya Julyan kembali seakan akan menyongsong takdir-nya.

Aku merasa dekat dengan-nya  karena kami sama2 rasional, suka humor, pencinta buku, lahir di bulan yang sama, suka dengan project management, punya sepasang anak dengan urutan yang sama yaitu lelaki lalu perempuan, suka menulis, serta sama2 memiliki istri yang bekerja sebagai dokter (dan bahkan sama2 berjilbab). Julyan juga sering sekali menjadi teman curhat yang asik, kedewasaan yang jauh melebihi umur-nya dan wajah boros-nya meski baru berusia 36 tahun, serta sifat humorisnya.

Saat ada indikasi jantung ku bermasalah ketika MCU dilakukan di kantor kami, meski setelah pemeriksaan dengan CT ternyata negatif, Julyan mampir ke meja ku dan membesarkan hati ku. Sebaliknya aku bertanya bagaimana hasil MCU terkait kesehatan-nya, dia nyengir sambil menjawab kalau dia belum berhak untuk MCU karena dianggap pegawai baru dan belum mencapai setahun masa kerja. Dengan riwayat kesehatan seperti-nya, Julyan seharusnya sangat layak menjalani MCU rutin, bahkan meski harus dengan biaya sendiri.

Beberapa humor yang sering dia angkat seperti "Maju tak gentar, membela yang mbayar" atau ketika dia mengomentari bebasnya gaya anak masa kini berpacaran, sehingga tidak ada lagi "malam pertama" namun "malam reuni", begitu juga ciri khasnya berupa  email2 saat subuh yang sering dia sebut sebagai "serangan fajar". Julyan juga acapkali mengaku keluarga-nya kaya raya tujuh turunan, sayang-nya dia keturunan ke delapan. Masih seputar kaya dan miskin, Julyan juga kadang nyeletuk "Biar miskin yang penting sombong". Selera humor yang khusus membuatnya mudah bergaul dengan segala level, dan semua-nya keluar begitu saja, meski saat meeting sedang serius2nya, sehingga kehadiran-nya sangat terasa dimanapun dia berada.

Aku juga ingat diskusi kami tentang manajemen, Malcolm Gladwell, Robert Greene, musik progressive, konspirasi jatuhnya Soeharto, misteri dibalik kematian Bu Tien, pola makan sehat  bahkan juga cost dan benefit obat2 jantung seperti Lipitor vs Crestor. Dengan Julyan tidak ada bahan diskusi yang asing, dia lebih seperti "ensiklopedi berjalan". Status-nya di BB kadang filosofis dan membuat aku kagum seperti "Allah kini, Allah lagi dan Allah terus" atau menunjukkan ketegasan-nya seperti "Break It or Make It". Untuk menulari para PM agar mempunyai ketegasan yang sama dengan Julyan di lapangan, kadang Julyan menggunakan cara yang sederhana namun mengena misalnya "Tirulah orang Madura, kalau dibunuh ya balas membunuh". Hal ini bagi Julyan perlu, karena kadang para PM menghadapi tuntutan terus menerus dari customer, namun sebaliknya kebutuhan PM diabaikan sehingga mengganggu penyelesaian proyek.

Dilain pihak kicauan-nya di twitter menjelaskan kenapa Julyan tak pernah berhenti belajar seperti "Learning is constant process of discovery, process without end" persis seperti yang diutarakan Bruce Lee dalam buku Andrie Wongso. Kecerdasan-nya juga terlihat saat melakukan interview, alih2 bertanya apakah kandidat lebih senang menjadi member atau leader, Julyan malah bertanya "Apa yang anda pilih ? Ekor Naga atau Kepala Ular ?" dengan pertanyaan seperti ini Julyan langsung mengetes dua hal, intelegensi sekaligus tipe kandidat, untung saja tidak ada yang menjawab "Ekor Ulat".

Julyan juga mahir berdebat, pada salah satu meeting atas undangan customer yang kecewa, customer tersebut secara blak2an menyampaikan kekecewaan yang sangat dan menganggap pertemuan seperti ini tidak ada guna-nya sama sekali. Namun Julyan dengan wajah polosnya malah bertanya dengan tenang, "Kalau bapak kecewa sekali, kenapa kami masih diundang ? terminasi saja pak, karena kalau masih diundang itu tandanya bapak masih percaya kami dapat memperbaikinya". Julyan juga tidak suka permintaan maaf ke customer dia lebih senang menuliskan "We deeply value our relationship with you and are committed to providing you with the highest level of service simply because our customers deserve the best" lalu menambahkannya dengan improvement plan.

Sisi lain dari Julyan terungkap saat beberapa teman mengikuti tahlilan, terlihat seorang pria setengah baya dengan penampilan lusuh hadir dalam acara tersebut. Teman2 bertanya dalam hati siapa kiranya pria tersebut dan apa hubungan-nya dengan Julyan ? Ternyata beliau seorang tukang ojek yang sengaja mengikuti tahlilan dan naik motor di tengah cuaca buruk Desember dari Slipi ke Bintaro Sektor IX demi almarhum. Beliau telah setahun ini menjadi tukang ojek Julyan, yang setia antar jemput Julyan beberapa bulan terakhir dari Stasiun Palmerah - APL (Central Park) serta sebaliknya jika sore. Pada hari kejadian, beliau menunggu nunggu Julyan, dan tak pernah menduga jika Senin pagi adalah kali terakhir beliau dapat mengantar Julyan. Setelah berturut mengirim sejumlah SMS, akhirnya istri almarhum mengundang beliau untuk hadir dalam acara tahlilan. Kehadiran beliau menunjukkan sosok Julyan yang dekat dengan semua kalangan tanpa membeda bedakan latar belakang.

Sehari setelah Julyan berpulang, saat aku menuju ruang meeting, rasanya Julyan seakan akan masih lalu lalang di lorong antara ruang meeting, dan salah seorang rekan yang mejanya berdekatan bahkan seakan akan  masih mendengar tertawa khas-nya, seakan akan kejadian Senin siang tidak pernah terjadi.  Tetapi kami semua harus menghadapi realitas, bahwa Julyan memang sudah benar2 pergi. Kini semua humor2 Julyan tak lagi dapat didengar ataupun wajah bulatnya yang ramah tak lagi dapat dilihat,  diskusi2 panjang via BBM tak lagi mungkin dapat aku lakukan, selamat jalan sahabat, semoga dosa2 mu diampuni, amal baikmu diterima dan Allah memberimu tempat yang terbaik di sisiNya.
 


Wednesday, November 21, 2012

The Holocaust Industry - Norman G. Finkelstein

Buku ini mengingatkan saya saat masih mahasiswa dan kerja praktek di RCTI, serta menumpang tinggal di rumah salah seorang sahabat di Pasar Minggu. Adik bungsu-nya memiliki buku Elie Wiesel, salah sorang tokoh terkenal korban holocaust. Saat itu saya membaca-nya tanpa ada prasangka apa2. Buku ini juga  mengingatkan saya akan buku The Diary of Anne Frank koleksi ayah yang saya baca saat sekolah dasar. Namun hari ini setelah menamatkan karya Finkelstein, mata saya terbuka betapa holocaust sudah berubah menjadi organisasi pemerasan dan justru mengabaikan korban yang sebenarnya.



Di Amerika ada sekitar enam museum holocaust, meski kejadian-nya di Jerman, dan anehnya tak ada museum bagaimana Amerika membantai Indian, Vietnam, Iraq, Afghanistan dan tentu saja Hiroshima-Nagasaki. Tentu saja ini merupakan hal yang ganjil. Dan tak banyak orang yang tahu bahwa korban Nazi bukan cuma Yahudi, tapi juga hampir setengah juta kaum gypsi dan korban2 lain khususnya kaum cacat, yang juga menjadi sasaran.

Secara khusus di Vietnam saja, 4 sd 5 juta penduduk tewas dan 9 ribu dusun, 25 juta acre tanah pertanian, 12 juta acre hutan, 1,5 juta hewan ternak, hancur karena Amerika ditambah munculnya 200 ribu pekerja seksual, 879 ribu anak2 tanpa orang tua, 181 ribu orang cacat dan satu juta janda. Namun Amerika menolak untuk memberi ganti rugi sementara di saat yang sama Amerika menuntut kompensasi bagi Yahudi pada negara2 Eropa.

Terbagi menjadi dua edisi, buku yang pada awalnya relatif tipis ini, dilengkapi lampiran pada edisi kedua, sekaligus mengcounter penyangkalan terhadap buku ini. Buku ini bercerita bagaimana sekumpulan orang yang mengatasnamakan kelompok Yahudi yang menjadi korban Nazi dalam perang WW2, berusaha untuk menarik kembali asset rekening tidak aktif dari perbankan Swiss, kompensasi perang dari Jerman serta Prancis, namun tak benar2 memperjuangkan korban yang sebenarnya.

Finkelstein juga membongkar kebohongan beberapa buku karya orang2 yang terinspirasi Elie Wiesel. Karya2 tersebut ternyata merupakan produk imajiner yang tak sinkron dengan situasi pada masa itu. Namun karya2 tersebut sempat digunakan industri holocaust untuk mengklaim kebenaran versi mereka.

Tidak hanya itu Finkelstein juga mengungkapkan bagaimana standar ganda diterapkan oleh Amerika, seperti di satu saat Hillary Clinton menyuarakan nasib korban holocaust namun di saat yang berbeda dia mendukung penolakan pengungsi kuba yang meninggalkan negerinya untuk menyelamatkan diri ke Amerika.

Siapa Norman Finkelstein ? Uniknya ia justru seorang Yahudi dan juga nyaris tewas bersama kaum-nya di kamp konsentrasi Nazi. Karena latar belakang-nya yang hati2, moderat maka sejarawan seperti Raul Hilberg justru menganggap kesimpulan Finkelstein bisa dipercaya.


Buku ini tidak terlalu enak dibaca meski cukup menarik secara fakta, lebih mirip buku teks / riset yang memuat hal2 yang dilakukan aktor2 di industri holocaust. Kenapa lebih seperti riset ?, misalnya Finkelstein bahkan menggunakan nyaris 80 halaman terakhir untuk menuliskan semua referensi yang dia gunakan. Uniknya salah satu bagian paling menarik dari buku ini justru kata pengantar yang dibuat oleh Smith Alhadar.

Saturday, November 17, 2012

Skyfall (2012) - Sam Mendez

Kamis lalu si bungsu minta diantar ke PVJ dan kami harus menunggu sampai dengan sore, untuk kembali pulang bersama-nya. Membayangkan harus menunggu sampai 5 jam lebih, maka saya dan istri ada ide untuk nonton Skyfall film James Bond yang ke 23. Maklum rasanya sejak pergantian aktor James Bond yang terakhir, saya belum pernah lagi menonton film ini di bioskop. Nonton berdua film ini juga rasanya lebih pas, karena sudah pasti ada adegan2 kontroversial khususnya perilaku seksual tokoh rekaan Ian Fleming ini, tentu saja kurang pantas di tonton bersama keluarga.

Film ini mengingatkan saya akan buku James Bond yang kerap saya baca ketika SD, seperti Moonraker, DR. No, dll. Namun hanya sekitar belasan menit pertama saja yang seru, dimulai dari saat James menemukan terbunuhnya salah seorang agen MI6, dan hilangnya HDD dari perangkat si agen. Isi HDD adalah data mengenai identitas agen rahasia Inggris yang menyusup pada sekumpulan organisasi teroris di berbagai belahan dunia. Lantas berdua dengan seorang agen kulit hitam (yang belakangan ternyata menggunakan nama belakang Moneypenny), Bond melakukan pengejaran seru, di gang2 sempit di Istanbul, Turki, kejar2an dengan motor trail sampai ke atap2 rumah, pertarungan di atas gerbong kereta yang sedang melaju kencang di antara bukit, jurang, terowongan dan jembatan yang melintasi sungai yang sangat tinggi.



Adegan yang menarik adalah dalam waktu yang sangat sempit Moneypenny dengan sangat "terpaksa" memutuskan menembak kedua pria yang sedang bertarung dengan resiko Bond akan terkena tembakan-nya. Tanpa kompromi "M" (yang masih diperankan oleh Judi Dench) memutuskan untuk menembak, dan ya Bond lah yang terkena sekaligus membiarkan si buronan dengan HDD lolos begitu saja. Keputusan "M" sangat clear, lebih baik kehilangan satu agen (Bond) dibanding banyak agen yang identitasnya terancam. Saat Bond terjatuh, maka adegan pembuka selesai, dan muncullah credit title, dengan grafik yang sangat keren, dan sejak saat itu adegan2 berikut berjalan dengan sangat membosankan, serta mudah ditebak.

Dalam film ini "M" terlihat letih dan rapuh, begitu juga Bond yang terlihat tua dan melankolis, Namun sebaliknya soal perilaku playboy-nya masih saja diumbar dengan "korban" tiga wanita, antara lain wanita yang "menyembunyikan" Bond saat menghilang setelah diduga tewas, agen musuh dan bahkan agen sesama MI6. Soal perilaku ini mungkin memang tidak terlalu aneh, mengingat Ian Fleming sang kreator Bond juga melakukan-nya dalam dunia nyata dengan wanita bersuami. Saya pribadi berpendapat film2 Bond memiliki pengaruh signifikan dalam perilaku seksual kebablasan di abad 20.

Hemm akhir kata menurut saya ini mungkin salah satu film Bond dengan skenario terburuk, dan cenderung dangkal khususnya skenario, dan jujur membuat saya menyesal menonton film ini. Satu2nya yang menghibur saya adalah adegan pertama, akting oke serta ekspresi Daniel Craig yang keras (meski sekaligus  sebagai tokoh Bond yang paling "jelek"), theme song Adele yang memang cukup asyik untuk dinikmati serta kepastian takdir "M".  


Thursday, November 15, 2012

A Thousand Splendid Sun - Khaled Hosseini

Jika membaca The Kite Runner, perasaan kita hanyut, hati kita menangis dan jantung berdebar debar, sebaliknya ATSS mengalir begitu saja seakan akan tokoh2nya berjarak dengan kehidupan kita.  Ini adalah karya kedua Hosseini, yang meski masih mendapatkan predikat “International Best Seller” namun saya rasa berbeda jauh dengan The Kite Runner.

Masih mengangkat tema Afghanistan, dan kali ini disela sela cerita kita juga jadi familier dengan nama2 tokoh Mujahiddin yang saling bertempur satu sama lain setelah Rusia pergi begitu saja meski masih menempatkan presiden boneka yaitu Najibullah. Namun Najibullah yang mendadak soleh setelah sebelum-nya disokong oleh organisasi komunis, gagal untuk terus bertahan. Lalu muncullah tokoh2 seperti Massoud, Hekmatyar, si Jenderal plin plan Dostum, serta Rabbani. Lalu terjadilah tembak menembak, penjarahan , pemerkosaan, hujan roket, pria2 yang petantang petenteng dengan kalashnikov ditangan, dan tentu saja pengungsian besar2an.

Pad awalnya kita kebingungan dengan tokoh Mariam, namun meski belum cukup dekat dengan-nya lagi2 muncul tokoh baru Laila, dan akhirnya bagaimana Mariam dan Laila bertemu sebagai istri pertama dan kedua seorang tukang sepatu kejam dan picik bernama Rasheed. Kita dikenalkan dengan Herat, Kabul  sebagai kota2 yang mewakili latar belakang Mariam dan Laila.


Tak jelas benar apa benang merah yang ingin disampaikan oleh Hosseini, apakah hanya bercerita begitu saja, kekecewaan bagaimana negara seperti Afghanistan menginterpretasikan agama dan memperlakukan wanita, kekejaman perang, semuanya bercampur menjadi satu. Sampai dengan setengah buku, cerita-nya berjalan dengan lamban, dan nyaris saja saya tinggalkan.



Namun setelah 4/5 buku habis, mendadak buku ini menjadi menarik kembali setelah. Menyatunya karakter Mariam dan Laila dalam menghadapi  tekanan Rasheed suami mereka, lahirnya anak kedua Laila dan kali ini benar2 keturunan Rasheed, kembalinya Tariq lelaki berkaki kayu dari masa lalu Laila.

Lalu datanglah Taliban, menghancurkan semua Mujahiddin kecuali Massoud yang akhirnya meminta bantuan pada Amerika dan Eropa. Namun Taliban tak kurang keras-nya melarang nyaris semua ekspresi seni, melarang sekolah bagi anak2 perempuan, termasuk hancurnya arca raksasa buddha bamiyan dan kehidupan akhirnya kembali menjadi suram di Afghanistan.
Cara Hosseini menulis dengan perbandingan sangat menarik, seperti ketika Mariam akhirnya menjalani hukuman mati oleh Taliban, Hosseini menulis saat2 Mariam harus menanda tangani dokumen persetujuan hukuman mati karena membunuh suaminya Rasheed, menyebabkan ia ingat terakhir kali menanda tangani surat pernikahan 27 tahun yang lalu saat menikahi Rasheed.

Semua kata2 yang ditulis Hosseini seakan merupakan kerinduan-nya pribadi  terhadap tanah kelahiran, alam-nya, bahasa-nya, tanaman serta pohon2nya, makanan-nya, dan segala-nya.Hosseini seakan akan menemukan kembali kekuatan tulisan-nya di saat2 buku ini mendekati akhir, dan meberikan "pukulan" kuat jauh ke dalam hati pembaca-nya. Akhir kata, meski tidak semua bagian-nya semenarik The Kite Runner, buku ini ditutup dengan sangat indah, sebagaimana kenangan tentang Mariam selalu dan selamanya ada di hati Laila.

Thursday, November 08, 2012

Love In A Torn Land - Jean P. Sasson

Gagal menemukan bagian akhir dari trilogi Jean P. Sasson yaitu "Princess Circle", saya malah menemukan karyanya yang lain, LIATL yang juga merupakan kisah nyata tentang wanita Kurdi bernama Joanna Hussain Al Askari.

Buku ini mengungkapkan "kegilaaan" Saddam Hussein dalam membantai etnis Kurdi, termasuk dalam penggunaan senjata kimia terhadap penduduk sipil pedesaan. Dalam hal ini peran sepupu Saddam yang dikenal sebagai "Chemical Ali" sangatlah signifikan. Namun penggunaan senjata kimia disini bukan lah yang pertama, Winston Churcill bahkan sudah juga melakukan-nya dengan Royal Air Force ke daerah2 Kurdi di tahun 1918. 

Dibesarkan sebagai keturunan ayah Arab Irak dan Ibu Kurdi, dan sejak kecil terus menerus diejek para keturunan  Arab murni, akhirnya membuat Joanna berpaling pada pergerakan perlawanan etnis Kurdi terhadap dominasi Irak yang didukung rezim Partai Ba'ath. Tidak tanggung2 Joanna bahkan juga menikah dengan salah satu anggota gerakan perlawanan atau Peshmerga bernama Sarbast, lalu meninggalkan kehidupan modern di Baghdad menuju pegunungan.



Perlu diketahui, kalau pembentukan Irak tak lepas dari tangan Inggris dan Perancis melalu konvensi. Hal ini dilakukan setelah Inggris berhasil  memprovokasi kabilah2 Arab sebagai tentara Hijaz (dimana Lawrence of Arabia memainkan peran penting)  dalam mengusir Turki Ottoman yang justru dulu menyatukan semua daerah ini di dalam satu kesatuan. Propinsi Ottoman seperti Baghdad, Basra dan Mosul digabungkan dan menjadi Irak yang dikenal sekarang.

Dengan dibantu Sasson, akhirnya buku ini terwujud, saat Joanna akhirnya mendapat izin untuk menetap di Inggris sebagai bagian dari pemberian Suaka Politik oleh pemerinta Inggris. Jika harus kembali ke Irak saat itu, sudah pasti Sarbast dan Joanna akan mengalami nasib buruk seperti hukuman mati, karena merupakan baghian dari anggota Peshmerga. Namun cinta Joanna hanya ada pada Kurdistan.

Meski penuh dengan tokoh2 jahat dan kejam, namun buku ini juga memuat orang2 penuh belas kasih sepanjang perjalanan yang sangat berbahaya, seperti Bibi Aisha, Nenek Aminee, Hassan "Gila", dan lain2.  Buku ini juga memuat daerah2 indah yang merupakan daerah Kurdistan seperti Sulaimaniya, Bergalou, dll. Bagi saya buku ini memiliki struktur yang lebih baik dan karakter yang lebih kuat dibanding tokoh Sultana dalam buku Sasson sebelumnya.

Wednesday, November 07, 2012

Uesugi Kenshin - Eiji Yoshikawa

Meski penggemar berat  karya Yoshikawa seperti Musashi, saya baru menyadari buku ini, baru merupakan buku kedua karya Yoshikawa yang saya baca. Sepertinya setelah menyelesaikan Uesugi Kenshin, saya harus segera menyelesaikan Taiko, yang sudah nangkring di koleksi saya sejak cukup lama.

Berbeda dengan Musashi yang antara sejarah dan fiksi terlihat begitu sejalan, UK malah sebaliknya. Yoshikawa di pertengahan buku terlihat ragu menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi antara Takeda Shingen dan Uesugi Kenshin. Keraguan ini akhirnya membuat Yoshikawa memasukkan beberapa versi dari sejarah yang terjadi, sehingga membuat buku ini lebih mirip sejarah di banding fiksi.



Apa yang sebenarnya membuat Yoshikawa menulis kisah ini ? Saya rasa penyebabnya adalah persaingan Shingen dan Kenshin sebagai dua daimyo legendaris yang akhirnya memuncak pada peperangan di Gunung Saijo atau lebih dikenal dengan Perang Kawanakajima. Uniknya strategi yang dipilih Kenshin untuk menaklukkan Shingen adalah dengan tanpa strategi, di posisi yang tidak strategis, diderah musuh dan dengan perbekalan yang seadanya.

Tak tahan menebak nebak terlalu lama maksud Kenshin, Shingen membagi pasukan, menjadi pasukan penyerbu dan pasukan penyergap jika Kenshin kabur, namun saat bersamaan, Kenshin justru menyerang duluan ke markas inti, dengan menyiapkan pasukan lapar dan perbekalan minim agar memudahkan gerak cepat. Kenshin bahkan berhasil membunuh sebagian besar jendral Shingen sekaligus melukai Shingen secara langsung. Sayangnya ketika pasukan penyergap Shingen kembali, situasi jadi berbalik. Kenshin yang pasukan-nya kalah jumlah justru jadi babak belur, jika saja serangan kilatnya dapat membunuh Shingen sudah pasti ini akan jadi kemenangan yang luar biasa.

Sayangnya, rivalitas kedua daimyo legendaris ini justru tidak berakhir di medan perang, dan mengakhiri hidupnya saat sakit. Namun saat rakyat Shingen banyak yang menderita karena pasokan garam yang tersendat, Kenshin justru membiarkan transaksi garam di perbatasan, karena respek-nya pada Shingen. Kenshin juga berterima kasih pada rival-nya, karena dengan memiliki musuh yang kuat menyebabkan Kenshin dapat terus menerus melatih diri agar jadi lebih baik. Kenshin juga sangat kehilangan ketika mendengar Shingen pergi untuk selama-nya.


Disinggung juga kehidupan Kenshin yang memilih membujang, menekuni Zen, menekuni puisi  dan menggemari alat musik, bahkan sekalipun sedang di medan perang. Buku ini lagi2 salah satu buku yang mengangkat keindahan dari seni perang. Akhir kata meski bukan karya terbaik Yoshikawa, tetap ada hal2 menarik dalam buku ini dan riset sejarah yang mendetail yang memang merupakan kelebihan Yoshikawa.
 

Indonesia di Mata Orang Jepang - Hisanori Kato

Buku tipis 144 halaman ini sangat menggoda, dan menjadi introspeksi yang menarik bagi Indonesia dengan memahami sudut pandang bangsa lain. Meski kebanyakan orang Indonesia mengagumi Jepang, namun ternyata ada juga Jepang yang mengagumi Indonesia. Siapa Kato ?Hisanori Kato sendiri saat ini adalah seorang Profesor dan tinggal di Osaka. Pengalaman-nya berinteraksi dengan Indonesia lah yang menjadi sumber penulisan buku ini.

Apakah Kato, sepenuhnya membandingkan-nya dengan Jepang ? Sebenarnya tidak, dengan latar belakang Kato yang pernah tinggal di Seattle-Amerika, Sydney-Australia dan Manila-Pilipina, tentu ada alasan kenapa Indonesia begitu istimewa di matanya. Menurut Kato, di negara2 maju, kehidupan berjalan dengan nyaris sempurna, orang2 cenderung individualias alias tak perduli dengan orang lain, tidak sabaran dan sangat penuntut. Cara yang keras dalam menjalani kehidupan membuat angka bunuh diri dan ketidak bahagiaan justru relatif tinggi. Di Indonesia orang2nya sangat toleran, pemaaf dan suka menolong orang lain, dan banyak orang tetap bahagia meski hidup berjalan dengan sulit.

Ada beberapa hal yang bagi Kato sangat menarik, misalnya kata "tidak apa2" yang mencerminkan kebesaran jiwa, budaya "terlambat" dan cara Indonesia merencanakan sesuatu yang cenderung "bagaimana nanti" dan bukan "nanti bagaimana". Kesemua hal yang sangat khas Indonesia ini lah yang membuat Kato selalu merindukan Indonesia disamping masakan penuh rempah yang menjadi kegemaran-nya. Tidak tanggung2 Kato bahkan penggemar berat masakan Padang.

Siapakah tokoh2 Indonesia yang dipotret oleh Kato ? mulai dari sosok sederhana seperti pembantunya, pemilik warung langganan, tokoh akademi seperti Mohammad Sobary atau bahkan kelas Gus Dur. Khusus Gus Dur mendapat tempat khusus di hati Kato, dan dia ikut menangis saat kepergian tokoh pluralis unik ini.

Dalam menyelami kehidupan masyarakat Indonesia, tidak tanggung2, Kato bahkan pernah mencoba jadi pengamen, meski karena niat awal untuk balas dendam pada masyarakat Indonesia yang berulang kali mencopetnya di kendaraan umum. Dan hasil dari balas dendam ini justru membuat cinta-nya bertambah besar. Kato selain kecopetan, juga mengalami pengalaman khas Indonesia seperti banjir, naik ojek, naik busway, naik kopaja, dll. Pilihan kata dalam buku ini agak unik, terkesan dibuat sendiri semuanya oleh Kato. Namun tetap termasuk lancar dibaca.Hemm buku yang menarik, ringkas dan padat.


Thursday, November 01, 2012

Ischemia Heart Disease di Inferior Wall

Apa itu IHDIW ? saya menemukan istilah ini pada hasil treadmill setelah MCU di Bio Medika yang memang dilakukan kantor saya secara rutin setiap tahun. Pada awalnya saya juga tidak tahu apa itu IHDIW , namun ketika sms saya soal ini dibalas istri, saya kaget juga menerima pesan-nya sbb “Papa itu jantung koroner, sangat serius, segera jadikan prioritas !, kalau masih sayang sama mama dan anak2 segera ke Bandung sekarang juga untuk konsul ke cardiolog”. Sms istri itu cukup mengejutkan saya, rasanya kepala saya tiba2 disiram es, dan saya diingatkan bahwa saya masih menyia-nyiakan hidup yang diberikan Allah pada saya.

Hemm hampir dua tahun ini saya setiap pagi selalu mengonsumsi oats, enam bulan yang lalu selalu jalan cepat di pagi hari setengah jam (sampai basah kuyup berkeringat), dan bersepeda di hari minggu kurang lebih sekitar 10 kilometer.  Enam bulan sebelumnya bahkan saya aktif futsal seminggu sekali, dan berhenti karena tendon kaki kanan sobek. Empat tahun yang lalu saya juga bermain tenis secara rutin, 2 jam per minggu. Meski penggemar kuliner khususnya  daging dan memang berbobot cukup berat, saya bukan penggemar usus, jantung, hati, paru dll, kecuali jika komponen2 diatas dimiliki jenis unggas.

Tanggal 18/10/2012 sore saya bertemu dengan Dokter Sugih Sugiantoro di RS Al Ihsan, yang langsung membaca hasil MCU termasuk EKG, hemm cukup deg2an juga menunggu apa kira2 hasil analisa beliau. Wajah serius nya yang ditumbuhi janggut tipis, tanpa kumis dan dahi dengan dua tanda kehitaman tersebut lalu menatap wajah saya. Apakah bapak pernah  sesak ? tidak jawab saya, Nyeri dada ? tidak lagi2 jawab saya, treadmill kemarin dihentikan karena bapak tidak kuat ? lagi2 jawab saya tidak. Hemm kalau begitu saya menyarankan echo test atau coronary CT angio, katanya. Jika tanpa sesak dan nyeri, hasil tread mill jadi meragukan, lanjutnya.  Lalu beliau memberikan rujukan ke Dr. Tan Siauw Koan, seorang spesialis radiologi di RS ST Borromeus.

Dr. Tan Siauw Koan hanya menerima pasien 3 orang perhari, setelah mendaftar di Jumat 19/10/2012, saya kebagian giliran untuk proses CT di hari Rabu 24/10/2012. Seharusnya pada hari yang sama dilakukan juga pemeriksaan darah dan urine, namun karena masih memiliki hasil MCU terakhir, saya bisa langsung ke proses utama-nya saja. Sejak didiagnosa menderita IHDIW saya jadi lebih hati2 khususnya dengan pola makan, dan atas instruksi perawat saya diminta untuk beristirahat secara penuh sebelum proses CT. Setelah puasa sejak jam 12 malam dan paginya mendaftar di radiologi, seorang perawat berwajah ramah mendatangi saya dan menyampaikan denyut nadi tidak boleh lebih dari angka 60, sementara saya masih sekitar 84, apalagi dari basement parkir saya naik tangga dua tingkat ke ruang periksa. Karena denyut masih belum memenuhi syarat saya diminta menenangkan diri selama sekitar setengah jam.



Setelah setengah jam ternyata denyut nadi masih tidak stabil antara 73 sampai dengan 80, maka perawat meminta saya meminum pelambat denyut jantung, lalu tak terasa saya tertidur. Ketika perawat datang lagi dan membangunkan saya denyut-nya masih sekitar 70 an, lalu perawat membawa saya ke ruang isolasi, dan lagi2 saya diminta meminum pelambat denyut jantung, akhirnya tercapailah angka 60 an. Saya lalu dibawa ke ruang CT, dan menanda tangani dokumen “inform concern”, yang menyatakan siap menerima resiko proses CT. Hemm resiko ? ya pemberian cairan kontras kadang berdampak serius terhadap pasien dengan riwayat alergi. Sedih juga ketika menyadari saya harus menanda tangani sendiri form tersebut, karena keluarga sedang berhalangan. Tapi lagi2 ini mengingatkan saya, akan kematian, dimana kita akan mempertanggung jawab-kan-nya  sendirian. Saya juga teringat Ibu saya, yang beberapa minggu sebelumnya bercerita saat2 meski seseorang dibawa ke pemakaman, diiringi keluarga, pasangan, serta kebesaran upacara namun akhirnya ditinggal di makam hanya dengan berbekal takwa. 

Lalu saya menanggalkan semua perlengkapan, termasuk dompet, sisir, samsung mobile, blackberry, ikat pinggang, celana, kunci mobil,  kaos, buku, sampai tinggal celana dalam saja, dan menggunakan baju seksi sekaligus mini berbahan handuk. Kemudian saya berbaring di sebuah tempat tidur putih, dan perawat memasang alat monitor denyut nadi di telunjuk.  Perawat juga memasang infus dengan jarum berukuran besar, hal ini perlu karena cairan kontras yang digunakan termasuk cukup kental. Lalu tempat tidur bergeser ke oven raksasa dengan langit2 hitam, dan saya diminta menahan napas agar gerakan obyek yang di scan tidak berlebihan.

Setelah menahan napas belasan detik, saya dikeluarkan, saya sempat mengira prosesnya sudah selesai, namun perawat mengatakan bahwa tadi baru proses untuk calcium test, untuk mengecek timbunan plak di pembuluh jantung. Lalu saya mulai di-injeksi cairan kontras, karena yang sempat diinjeksi  diawal tadi lebih untuk mengecek reaksi alergi tubuh. Tak lama saya merasa cairan infus dengan deras memasuki tubuh saya, lalu perawat mengingatkan bahwa akan ada rasa panas saat proses CT dilakukan, tak lupa dia memasukkan tablet cedocard dibawah lidah untuk memperlebar pembuluh darah. Lalu saya kembali dimasukkan ke oven raksasa, dan lagi2 menahan napas belasan detik. Tiba2 rasa panas menyelimuti tubuh saya, lalu diikuti rasa mual dan cairan asam yang memenuhi mulut, dan berlanjut dengan pusing yang luar biasa. Sekuat tenaga saya menahan napas sambil menahan cairan asam di mulut, dan tahan,..tahan,.., ya bernapas ! seru perawat akhirnya. Selesailah proses coronary CT angio. Perawat menyampaikan bahwa saya harus segera minum paling tidak dua liter dan sedapat mungkin buang air kecil, agar cairan kontras tidak merusak ginjal.

29/10/2012 saya kembali ke Borromeus untuk cek hasil pemeriksaan, dan diberikan sebuah buku sekitar 20 halaman, beserta summary hasil test sesuai analisa Dr. Tan Siauw Koan dan CD yang berisi aplikasi Philips DICOM viewer dengan foto2  jantung saya, hemm Calcium Test negatif, dan tidak ditemukan plak dalam pembuluh jantung, hemm dengan tegang saya buka bab kedua mengenai hasil Coronary, ternyata semua fungsi juga normal. Alhamdulillah, rasanya saya diberikan Allah kesempatan kedua untuk meningkatkan kualitas hidup saya, sebagai manusia. Seadainya setiap orang menyadari betapa dekatnya kematian, maka tidak akan ada orang yang menyia-nyiakan hidupnya.