Friday, June 28, 2013

The Secret - Rhonda Byrne

Prof. Yohannes Surya muncul di salah satu acara televisi, dan memberikan tantangan apakah anak2 Papua bisa memenangkan Olimpiade Fisika, ya kenapa tidak ? dan beliau membuktikan-nya beberapa waktu kemudian. Lohh kok semudah itu ?, hemm tidak ada yang susah kalau kita benar2 menginginkan-nya, karena seperti kata Sang Professor, itulah keajaiban Mestakung. Mestakung ?  ya betul, singkatan Semesta Mendukung. Contoh sederhana-nya saat kita ingin membeli sesuatu, maka mendadak saja informasi tentang itu seakan-akan muncul dimana mana, dimana dijual, berapa harga-nya, berapa besar discount-nya, dan lain2. Cara kerja otak kita akan menyaring apa2 yang berhubungan dengan minat kita, dan dengan demikian pintu2 untuk menuju impian tersebut terbuka satu persatu.

Stephen Covey mengatakan, "Begin with End in Mind", artinya jika memulai sesuatu pastikan menuju arah yang memang kita inginkan. Sebaliknya pepatah orang2 tua zaman dulu, "Kau adalah apa yang kau pikirkan".

Agama Islam mengatakan "Mulailah segala sesuatu dari Niat", bahkan dalam Islam, diyakini Allah sudah mengganjar manusia dengan pahala meski baru sebatas niat. Puasa yang begitu berat dimata umat lain, dapat dengan mudah-nya dijalankan anak kecil saja dalam Islam, selama kita memang benar2 berniat.



Empat contoh itulah yang ada dalam pikiran saya saat membaca "The Secret" karya Rhonda Byrne ini, jadi rasanya agak anti klimaks dengan judulnya yang terkesan rahasia. Tertarik membeli karena seorang motivator yang datang ke kantor, lalu disebut2 juga dalam testimoni Ishaq Ansyah, dalam buku 10 Jurus Terlarang-nya  Ippho Santosa, sebagai buku yang menginspirasi selain "Cash Flow Quadrant" lah yang akhirnya membuat saya me"lalap" buku ini. Namun saat membaca menurut saya apa yang disampaikan bukanlanh benar2 rahasia.

Dalam buku Ippho Santosa sempat dibahas juga soal ini, meski tidak secara jelas menyebut TS, dan dikenal dengan hukum tarik menarik ini atau nama keren-nya "Law of Attraction" alias LOA. Namun Ippho dengan cantik-nya mengaitkan-nya juga dengan DOA,  jadi satu paket komplit kombinasi dan kolaborasi LOA dan DOA. Berbeda dengan Rhonda yang justru membuat tidak nyaman, karena alih2 mengingatkan pembaca akan eksistensi Sang Maha Pencipta,  Rhonda malah memilih menggunakan analogi Semesta atau bahkan Jin sebagai pengganti Tuhan dalam salah satu bab-nya.

Rhonda sendiri sama seperti kebanyakan dari kita terperangkap dalam rutinitas pekerjaan, kehilangan waktu untuk benar2 menyadari apa yang dia inginkan, lelah, sampai akhirnya puncak-nya adalah meninggal-nya Sang Ayah dan dia mengalami kekacauan dalam hubungan dengan sahabat dan rekan kerja-nya. Hemm saya jadi ingat juga buku karya istri Jack Welch, mantan petinggi GE dan legenda-nya dunia manajemen alias Suzy Welch, hanya saja dalam buku Suzy "10-10-10", penekanan-nya lebih ke pengaturan prioritas jangka pendek, menengah dan panjang.

Lalu Rhonda yang lewat buku hadiah dari putri-nya mendadak sontak menyadari ada yang salah dengan hidup-nya dan mulai mencari dan menemukan rahasia kebahagiaan dalam kehidupan. Rhonda lalu membuat film dan mewawancarai banyak tokoh yang dia anggap sebagai guru, dan menemukan rahasia sukses dan bahagia dalam hidup. Film inilah yang memicu lahir-nya buku ini. Namun saya merasa ada yang aneh dengan paham dalam buku ini, yang terkesan membuat kesimpulan Semesta dan kita adalah satu, sehingga terkesan menuhankan diri kita. Hemm kok agak2 mirip paham Illuminati ? Lalu iseng saya coba cari kaitan tokoh2 yang menjadi nara sumber dengan organisasi misterius tersebut. Ternyata sepertinya memang ada, yakni misalnya Neale Donald Walsch pengarang "Conversations With God" dan lalu Michael Bernard Beckwith, seorang tokoh antar agama. Anjuran Rhonda untuk menonton film ini agar pesan2 tersebut menjadi satu dalam diri kita terasa seperti "subliminal message" bagi saya.

Meski tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan namun, buku yang terkesan bertele-tele ini masih layak untuk dibaca namun bukan untuk diyakini karena paham-nya yang terkesan  "sesat". Bertele tele ? Mungkin ada yang keberatan dengan pernyataan saya, namun saya rasa ini gara2 dua buku Ippho yang saya baca sebelum-nya, yang memang sangat2 "To The Point" sehingga membuat TS terasa membosankan.

Akhir kata, meski bukan buku yang menarik bagi saya, namun ada perumpamaan yang bagus sekali tentang bagaimana kita menyikapi hidup dari Jack Canfield dalam buku ini. Beliau mengatakan perjalanan menuju impian kadang seperti menyetir di jalan gelap saat tengah malam menuju kota lain yang menjadi tujuan namun belum pernah kita lihat sebelum-nya. Sementara cahaya lampu mobil hanya sanggup menerangi 60 meter jalan di depan. Namun 60 meter demi 60 meter berikutnya serta keyakinan untuk sampai dan terus melangkah lah yang akhirnya membawa kita sampai di tujuan.

Thursday, June 27, 2013

10 Jurus Terlarang - Ippho Santosa

Ini buku Ippho kedua yang saya baca, dimulai dari buku pertama yang saya baca sebelum-nya yaitu "7 Keajaiban Rezeki". Kali ini judul-nya "10 Jurus Terlarang" kita singkat dengan 10JT saja, alih2 menggunakan kata "Bab" sepertinya kata "Jurus" lebih menendang bagi Ippho. Malah "Kata Pengantar" diganti menjadi "Kata Pelontar" dan "Kata Penutup" diganti menjadi "Kata Pengatup". Dalam hal ini Ippho memang berusaha mewujudkan "tampil beda" dan ini sudah melekat pada penulis yang dikenal dengan dengan tema Otak Kanan ini.

Kalimat2 yang digunakan seperti biasa padat, penuh dengan contoh serta gaya bahasa percakapan seakan akan Ippho sedang berbicara di depan kita. Gambar cuma muncul sesekali dengan ukuran sangat kecil. Namun dibalik kesederhanaan buku ini sangat banyak kata mutiara yang tersimpan. 

Dalam Jurus  5 "Duduklah Sama Rendah"  Ippho mengutip keajaiban paralel antara 9/11 2001 dan runtuhnya Tembok Berlin di 11/9 1989 yang dipicu ketidaksetaraan. Menurut Ippho antara pihak2 yang berkerja sama, jika inging langgeng, maka pastikan kesetaraan dijalankan. Lalu PC (personal computer) dan CP (cellular phone) yang saling melengkapi dan peristiwa kerusuhan etnis di Malaysia dan Indonesia yang sama2 terjadi di 13/5, Malaysia 1969 dan Indonesia 1998. Sedangkan yang keempat adalah Old China dan Old Japan, serta terakhir sekaligus kelima adalah Prophet M(usa) dan Prophet M(uhammad).  Singkat kata bagi Ippho "Quality Life is Equality Life".



Dalam Jurus 8 "Biarkan Kudeta Terjadi" Ippho mengutip "Apalah arti sebuah nama, sebuah mawar tetaplah harum walau dengan nama lain sekalipun" William Shakespeare. Al Ries pakar pemasaran mengatakan hal tsb salah, karena dalam membentuk image, pemberian nama yang baik adalah hal penting pertama yang harus dilakukan, misal saat anda memutuskan membuat parfum. Sebalik-nya sebagian kaum muslim menganggap nama adalah doa.

Dalam Jurus  9 "Waspadai Zaman Edan" Ippho juga menekankan, penting-prasangka positif, karena dengan hal tsb maka akan mewujudkan sikap terbuka, meningkat-nya kepercayaan dan kerjasama, sehingga team akan mengeluarkan kinerja terbaik.

Sebaliknya kebiasaan prasangka buruk akan menyebabkan orang menjaga jarak, terus menerus curiga, melawan dan akhirnya tak mau mengeluarkan kemampuan terbaik-nya.

Ippho dalam Jurus 10 "Matilah dengan Tenang"  juga mengatakan  penting-nya untuk terus menjaga energi positif dalam jiwa dengan berbagi.  Salah satu contoh terbaik adalah saat Tembok Berlin masih berdiri, warga Berlin Timur yang ingin memberikan pelajaran pada warga Berlin Barat memutuskan untuk mengirim sampah, puing dan rongsokan ke daerah Berlin Barat. Alih2 dendam Berlin Barat justru membalasnya dengan kiriman makanan, pakaian, obat2an yang semua-nya sangat langka di Berlin Timur. Lalu disematkan tulisan "Masing2 memberi menurut kemampuan-nya". Meski seakan akan secara materi, Berli Barat rugi, namun secara psikologis, dan spiritual ini justru merupakan keuntungan bagi masyarakat Berlin Barat.


Monday, June 24, 2013

7 Keajaiban Rezeki - Ippho Santosa


Buku Ippho sudah lama sekali saya lihat, namun anehnya masih belum tergerak untuk membeli-nya, karena cover-nya yang mirip2 terkesan buku-nya sama semua, padahal judul-nya jelas2 berbeda. Karena cukup sering lihat, akhirnya tergoda juga untuk membeli salah satu buku Ippho, namun yang mana ? saya tercenung depan mesin pencari Gramedia, dan lantas minta tolong salah satu petugas disana, maka dia menyarankan untuk 7KR saja, ingat 7KR ya dan bukan CR7.

Lalu mulai saya baca, hemm ajaib juga, cara-nya menulis mengingatkan saya akan gaya Bong Chandra, jadi mirip percakapan yang ditulis,  namun sense of humour-nya Ippho lebih kental.  Kemudian studi kasus dan lagi2 studi kasus, yang nyaris semuanya dari kasus nyata, meski sambil bercanda Ippho bahkan mengklaim meski Robert Kiyosaki sekalipun belum bisa membuat korelasi otak kanan dan otak kiri terkait perilaku Rich Dad dan Poor Dad. Begitu juga Al Ries diledek oleh Ippho mengenai analisa-nya atas kesalahan manajemen saat ini yang terlalu berpikir kiri, padahal Ippho sudah mengangkat soal ini sejak 2006.




Selain dengan teori para pakar luar, Ippho juga mengeksplorasi Al Qur’an, dan membuka mata kita kembali bahwa Nabi Muhammad dan sahabat2nya adalah pengusaha, lantas kenapa saat ini umat Islam jauh atau bahkan menghindar dari perdagangan ? Ippho juga mengingatkan kata2 Nabi mengenai mulailah dengan kanan, yang semestinya dilihat juga dari kedua fungsi otak, buat mimpi dengan otak kanan lalu eksekusi dengan otak kiri.

Ippho juga dengan “cuek”-nya memberi nama2 unik dan terkesan orisinil, di setiap bab. Seperti Sidik Jari Kemenangan, Sepasang Bidadari, Golongan Kanan, Simpul Perdagangan, Perisai Langit, Pembeda Abadi, dan Pelangi Ikhtiar. Namun Ippho mengakui bahwa sebenar-nya salah satu inspirasi terbesar-nya adalah Al Quran.

Ippho juga cukup banyak mengutip Al Quran, termasuk dari sisi khusus, misalnya matematika keseimbangan antonim seperti sbb;

Kata “Hidup” muncul 145x sama dengan kata “Mati”.
Kata “Manfaat” muncul 50x sama dengan kata “Mudarat”.
Kata “Panas” muncul 4x sama dengan kata “Dingin”
Kata “Kebajikan” muncul 167x sama dengan kata “Keburukan”
dll

Atau keseimbangan sinonim seperti sbb;

Kata “Membajak” muncul 14x sama dengan kata “Bertani”.
Kata “Bangga Diri” 27x sama dengan kata “Angkuh”.
Kata “Akal” 49x sama dengan kata “Cahaya”
dll


Atau keseimbangan khusus sbb;

Kata "Al Quran" muncul 70x, sama dengan kata “Wahyu” dan kata “Islam”.
Kata “Infaq” muncul 73x sama dengan kata “Kerelaan”.
Kata “Hari” dalam bentuk tunggal muncul sebanyak hari dalam setahun 365x
Kata “Hari” dalam bentuk jamak/bulan muncul sebanyak hari dalam sebulan 30x.
Kata “Bulan” muncul 12x sebanyak bulan dalam setahun.
Kata “Laut” muncul 32x, Kata “Darat” muncul 13x, unik-nya sama dengan rasio luas lautan dan darat yang kita kenal saat ini yakni 71,1% : 28,8%.
dll


Ippho juga mengingatkan bahwa teori Relativitas, Big Bang, Expanding Universe, Copernicus, Lapisan Atmosfir, Asal Muasal Besi (Fe), Penciptaan Hujan, Perilaku Lebah, Tahap Penciptaan Manusia, dan banyak lain-nya semua tertulis dalam Al Quran.  Dengan keyakinan bahwa Al Quran adalah perkataan Tuhan, maka Ippho selalu berusaha mencari jawaban dari-nya.  Hemm benar2 buku yang tipis namun sangat menarik.

Review ini saya tutup dengan kutipan dari buku ini sbb;

Sang pemenang adalah sang pembelajar
Guru yang baik adalah pembelajar yang baik
Pemimpin yang baik adalah pengikut yang baik
Penulis yang baik adalah pembaca yang baik
Pembicara yang baik adalah pendengar yang baik
Jika anda teachable, maka anda akan unstoppable
Jika anda berkeringat dalam latihan, maka anda tidak berdarah dalam pertempuran

Nama di Sekitar Kita


Adik ibu yang kini seorang professor di salah satu PTN di Sumatera adalah seorang arsitek. Aku dan abang-ku yang memang suka menggambar jadinya sangat kagum dengan beliau dan bahkan sempat terobsesi ingin menjadi arsitek. Namun Abang akhirnya memilih bidang Ekonomi – Management sedangkan aku Teknologi Informasi.  Dalam perjalanan ke Eropa sepertinya paman yang menamatkan program master-nya di Newcastle jalan2 ke Hagia Sophia. Terinspirasi dengan keindahan bangunan tersebut dan lantas putri pertama-nya diberi nama yang sama. Hemm untung saja beliau bukan pengagum “Gedung Sate”, yang ternyata sempat dibahas di salah satu mata kuliah beliau di sana, dan ironis-nya beliau baru tahu saat itu, meski dia satu2-nya orang Indonesia di kelas tersebut.

Suatu hari seorang Ibu dan anak lelaki-nya berobat ke klinik istri, setelah ditanya nama-nya dengan malu2 bocah itu menjawab namanya “Jaya”. Istri yang memang sudah menggunakan perangkat lunak rekam medis di klinik-nya, lalu menanyakan nama lengkap-nya, agar mudah dibedakan dengan pasien lain, namun si anak memilih diam tak mau menjawab dengan ekspresi enggan. Selang beberapa saat si Ibu membantu meluruskan, kalau nama anak-nya adalah “Jayalah Persibku”, dan lalu menjelaskan kalau Sang Ayah seorang pencinta Persib, kesebelasan legendaris asal Bandung.

Dalam team di divisi saya, ditugaskan seorang Helpdesk Support di salah satu Bank di jejeran kantor seputaran MH Thamrin, ajaib-nya salah seorang helpdesk manis, berkulit bersih dengan kacamata nama-nya justru “Lucifer”.   Hemm cukup aneh juga, apakah yang dimaksud orang tua-nya sebenar-nya adalah “Luci”, namun ketambahan “fer” hanya Tuhan dan orang tua-nya yang tahu.

Saya sendiri diberi nama yang diinspirasi dari Ayah kandung Ibu alias kakek saya yang bernama “Husin Lubis” namun karena dalam adat suku Batak pengucapan terang2an nama Ayah adalah pantangan, maka ibu menggunakan nama “Husni” yang secara huruf mati, dalam bahasa Arab bermakna sama yakni “baik”. Lalu ibu yang mengagumi  “Alexander The Great”, sempat ingin menambahkan nama tersebut, tapi karena tidak cocok dengan “Husni”, maka Ibu mengambil nama lain-nya alias “Iskandar”. Sayang-nya baru2 ini salah satu film Hollywood justru menggambarkan “Alexander The Great” sebagai pencinta sesama jenis, dan ini sesuatu yang sama sekali tidak saya sukai, mengingat tokoh “Iskandar” adalah salah satu tokoh panutan dan tertulis dalam Al Quran.

Bagaimana dengan istri saya ?, kelahiran di saat pagi di bulan Desember, akhirnya membuat mertua saya memberi nama istri menjadi Erly Christianty. Nama yang berbau kristen, mata sipit dan kulit putih seringkali membuat dia dikira seorang mualaf. Sebaliknya salah satu atasan saya bernama muslim, namun saat adzan maghrib justru menolak saat saya ajak shalat, ternyata beliau seorang aktivis Gereja di saat muda. Beberapa tokoh populer seperti Christian Gonzales, memilih tetap menggunakan nama yang sama meski mualaf.

Salah satu teman di SMA lain lagi, kedua kata yang digunakan untuk membentuk nama bermakna nama depan, alias “Iwan Dani” sepertinya aneh juga jika sama sekali tidak ada nama keluarga. Kadang nama dibuat karena mengandung keinginan, seperti kakak perempuan istri yang di gadang gadang berjenis kelamin pria setelah tiga anak sebelum-nya selalu wanita, maka jadilah kakak perempuan istri bernama “Erwin”. Seorang sepupu memiliki nama “Raden” meski asli Batak, sehingga banyak orang salah kaprah dengan asal usul-nya. Seorang teman kantor bernama “Ida Bagus Nyoman” meski sama sekali bukan orang Bali, dan bahkan saat bertemu terakhir dengan-nya, ybs belum pernah sama sekali ke Bali.


Seorang kenalan ahli teknologi informasi di LIPI yakni Ibu Rukasih Darjat, karena terpesona dengan database dan kodifikasi, memutuskan memberikan semua nama depan anak-nya dengan tiga huruf saja dan selalu dimulai dengan huruf "O". Saat memanggil semuanya cukup meneriakkan "O" maka semua menyahut, dan berteriak "Oom" misalnya adalah untuk memanggil yang bernama Oom saja. Hemm pendekatan yang praktis, meski Ibu Rukasih sering dikomplain oleh anak2nya soal ini karena jadi bahan tertawaan teman2 di sekolah/kampus.

Istri teman, bernama "Liliana", sedangkan kakak-nya bernama "Liana", nah ini tipe orang tua yang tak mau pusing, bagaimana kalau ada adik-nya lagi, ya mungkin menjadi "Lililiana". Anehnya Si Suami malah sering meledek nama istrinya dengan menyanyikan nada dari lagu anak2 "Burung Kutilang" dengan "Tri.. li.. li.. li.. li.. li.. li.. ana".

Salah seorang teman kantor yang hijrah ke Amerika mengikuti suami-nya mengalami masalah saat pergi, maklum meski beragama Kristen namun nama suami-nya nama muslim alias "Zainuri". Kalau begitu yang nama-nya kebarat2an akan lebih aman kalau ke Amerika ? hemm ternyata salah seorang teman kantor yang lain justru mengalami kesulitan yang sama justru karena bernama belakang "Wagner", kali ini alasan kedutaan besar lain lagi, kuatir ybs memiliki niat untuk menjadi permanent resident.

Ada juga yang memberikan nama anak-nya sesuai dengan tokoh yang saat itu populer, namun saat ternyata tokoh tersebut terbukti seorang diktator dan akhirnya mengalami hukuman gantung atau di aniaya oleh rakyat-nya, maka anak2 tersebut ikut menjadi "terhukum" dan nama-nya akan menjadi bahan olok2an, misalnya Saddam Hussain atau Khadaffi. Jadi kalau ingin memberikan nama anak sesuai nama2 tokoh terkenal pastikan mereka meninggal dulu dalam keadaan baik.

Lain lagi Presiden Soekarno yang memberikan nama anak-nya dengan nama2 Taufan, Guruh dan Guntur, untung saja saat itu Tsunami belum terlalu dikenal, kalau tidak, bukan tidak mungkin nama salah satu putri beliau menjadi “Mega Tsunami” misalnya.

Thursday, June 20, 2013

A Study In Scarlet - Sir Arthur Conan Doyle

Bagi yang penasaran dengan bagaimana Holmes bertemu Watson, juga penasaran dengan bagaimana mereka menemukan lokasi tinggal di Baker Street yang akhirnya terkenal di seluruh dunia, penasaran dengan apa pekerjaan Holmes saat pertama kali bertemu Watson, tidak salah lagi buku ini akan menjawab keingintahuan anda. Buku yang dulunya merupakan cerita bersambung di Strand Magazine ini juga dilengkapi tambahan aksi Doyle dalam menyelesaikan misteri kejahatan yang sebenarnya.

Meski merupakan buku pertama tentang Holmes, Doyle sudah langsung menunjukkan bakat-nya yang hebat dalam menulis secara realistis dan dengan deskripsi detail yang sudah merupakan ciri khas-nya. Secara terselubung dan cerdik Doyle juga mengkritisi buku2 detektif sebelum-nya salah satu-nya seperti karya Poe, dengan menggunakan komentar Holmes dalam buku ini. Sebenarnya tidak aneh juga kalau Doyle bisa lebih realistis, maklum sebagian karakter Holmes memang merupakan karakter yang terinspirasi dari salah satu dosen-nya Dr. Joseph Bell.



Andrew Taylor dalam buku Books That Changes The World, bahkan memasukkan karya ini dalam 50 buku paling berpengaruh sekaligus turut mengubah  dunia. Metoda yang digunakan Holmes yakni analisis deduktif jelas2 dapat digunakan dalam dunia nyata. Begitu juga metode Footprint yang dapat memperkirakan berat, tinggi, jenis sepatu, arah berjalan, dan lain2.

Anehnya karya ini persis seperti Kolonel Sanders dengan racikan ayam goreng tepung-nya, pernah berkali kali ditolak. Karya yang awalnya berjudul "A Tangled Skein" ini tidak sukses dan hanya meraih 25 Poundsterling dan diterbitkan dalam bundel Natal setahun setelahnya.

Untunglah editor andal Greenhough Smith memutuskan untuk menghadirkan-nya sebagai cerita bersambung di Strand Magazine yang akhirnya menelurkan kolaborasi sukses dan sangat signifikan dalam meningkatkan oplah majalah tersebut. Namun tak urung buku ini menimbulkan kontroversi, sehingga pewaris Doyle, terpaksa meminta maaf pada kaum Mormon yang digambarkan secara salah dalam buku ini.

Garis besar-nya sendiri bercerita tentang dua pembunuhan berturut turut di Inggris yang sempat memunculkan tersangka yang sebenar-nya tidak tahu apa2. Penyelidikan Holmes akhirnya dapat membuktikan bahwa tersangka tersebut hanyalah korban, dan pembunuh sebenarnya adalah seorang mantan penganut Mormon yang kabur dari kumpulan, dan menaruh dendam atas meninggal-nya seorang wanita. Kilas balik di Amerika, mengingatkan saya akan karya2 Karl May, dan digambarkan oleh Doyle dengan cantik.

Ketika akhirnya menyadari bakatnya menulis berujung sukses, maka Doyle yang lahir di Edinburgh tanggal 22/5/1859, salah satu kota terindah di Dunia  meninggalkan dunia kedokteran dan fokus sebagai penulis cerita detektif.

The X News Files - Hawkson

Saat melihat buku ini "The X News Files" karangan Hawkson saya tertarik untuk membelinya, berharap bisa menemukan bacaan yang menarik. Namun sepertinya harapan saya tidak sepenuhnya terealisasi.

Siapa Hawkson ?, nama aslinya adalah Hokson Jacobus Kurniawan, penulis keturunan Tionghoa-Jawa yang bekerja sebagai announcer di Delta FM Manado. Minat-nya pada misteri dan penjelasan dibaliknya membuat Hawkson membuat blog, dan dengan berusaha mencari penjelasan. Hawkson menambahkan penjelasan tersebut pada blog-nya agar sesuatu misteri dapat dilihat dari beberapa sudut pandang dan tidak semerta merta langsung diyakini begitu saja. Saat ini blog Hawkson merupakan salah satu blog dengan pengunjung yang sudah melebihi satu juta pembaca. 

Namun buku ini menurut saya memilih terlalu banyak tema, sepertinya memilih salah satu saja misalnya Alien dan UFO, atau Kriminal, atau Sihir dan Ilmu Hitam, akan membuatnya lebih fokus dan menarik.



Buku ini selain tidak fokus juga kurang konsisten dalam membahas misteri, seperti nyaris 50 halaman pertama justru berputar putar pada berbagai definisi mengenai astral projection, multiple personality disorder, somniloquy (bicara saat tidur), dll. Gara2 somniloquy, saya malah jadi ingat solilokui, artikel2 karya Farid Gaban yang sering muncul dulu di salah satu harian nasional.

Selain itu tak semua misteri ada penjelasan-nya, jadi tidak begitu sesuai dengan kalimat promosi di belakang. Bukan cuma itu beberapa foto juga relatif tidak dijelaskan, misalnya manusia laba2, yang malah sempat muncul di cover, dan halaman 94 terkesan seakan dijadikan obyek untuk membuat buku lebih menarik saja.

Saya juga menemukan banyak kata2 salah yang luput dari editor, bahkan satu paragraph di halaman 233 sepertinya merupakan bagian dari bab sebelum-nya. Terkesan buku ini dibuat dengan buru2, tak fokus dan kualitas kertas yang membuat sulit mengamati foto apa yang dimaksud. Misalnya foto2 UFO membuat pembaca kesulitan mengamati obyek yang diidentifikasi sebagai UFO.

Saya sendiri punya pendapat berbeda dengan Hawkson, pada beberapa artikel, misalnya  mengenai reinkarnasi, menurut saya sih sampel artikel dibuku ini tidak berarti reinkarnasi itu benar adanya, karena kejadian2 di alam bisa jadi paralel, itu sebab-nya meski ada orang yang tahu masa lalu, namun sebaliknya ada orang yang tahu masa depan. Juga mengenai Orbs, yang semata dilihat dari foto saja, tidak bisa disimpulkan begitu saja sebagai efek cahaya karena foto berupa gambar diam yang memotret pada satu saat saja, sedangkan Orbs dapat bergerak.

Namun lepas dari segala kekurangan, bab2 seperti Noah Ark di Gunung Ararat, artikel UFO lokal, Dyatlov Pass, Time Traveller dan lain2 cukup menarik. Beberapa informasi seperti penyuntikan semen ke jenazah2 di Pompeii juga merupakan informasi baru bagi saya.

Monday, June 17, 2013

Rambut Annisa - Zaynur Ridwan

Meski sempat membuat Indonesia Incorporated, ataupun The Book of Codes  yang tema-nya berbeda dengan tiga buku sebelumnya mengenai teori konspirasi (The Greatest Design, The Khilafah dan Novus Ordo Seclorum) , kali ini Zaynur Ridwan membuat novel yang sampai dengan setengah buku justru terasa lebih ngepop.

Ada-nya cerita  penangkapan artis ala BNN (yang mengingatkan saya akan artis RA yang kebetulan inisialnya sama dengan judul buku ini), dunia advertising, kehidupan artis, dan sempat membuat saya masih saja tidak percaya dengan tema karya beliau terakhir ini. Buku ini sendiri secara tak sengaja saya temukan saat menuliskan keyword "Zaynur Ridwan" di salah satu mesin pencari di Gramedia. Dan cukup kaget melihat judulnya bukunya yang sangat berbeda dengan karya2 sebelumnya, sepertinya judul2 seperti The Final Day misalnya akan lebih cocok buat karya Zaynur Ridwan.  Namun setelah setengah buku, bau2 riset ala Zaynur Ridwan yang memang menjadi ciri khas-nya mulai tercium.



Topik kali ini adalah jilbab, diwakili tokoh aku alias Annisa Saraswati model shampo produk asal China Morning Dew, yang mulai menemukan satu demi satu peristiwa2 yang menyeretnya untuk mengambil sikap mengenai pakaian yang justru membebaskan wanita, tidak seperti yang dikira orang selama ini.

Sebagaimana kita ketahui, kenyataan-nya perempuan yang mengenakan burqa dan niqab di Prancis dan Belgia ditangkap. Di Amerika CIA dan pemerintah-nya mengawasi para perempuan berjilbab dan burqa. Di Italia bahkan dipaksakan dalam UU agar jilbab di larang, sampai2 Roberto Maroni, Menteri dalam negeri mengatakan bahwa tidak seharusnya pakaian seperti itu dilarang, karena bahkan Bunda Maria pun, yang dipercaya sebagai Ibu Yesus juga mengenakan-nya.

Dan sepertinya tidak banyak yang menyadari bukan cuma Islam, bahkan Kristen dan Hindu sekalipun menganjurkan penggunaan Jilbab, meski memang Islam lebih tegas melalui ayat QS : Al Ahzab 59 yang artinya “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anakmu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal karena itu mereka tidak diganggu". Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.  Dalam Korintus 11 ayat 5-15, wanita Kristen diperintahkan menggunakan kerudung terutama saat berdoa, begitu juga Hindu dalam kitab Rig Veda, buku 8, himne 33 ayat 19 menjelaskan esensi yang sama khususnya ketika berhadapan dengan Brahma. Orang2 juga perlu tahu bahwa model pakaian ini sudah berusia lebih dari 4000 tahun.

Bangsa2 barat mengakui bahwa kebebasan ekspresi adalah bagian dari HAM. Bukan hanya di negeri sendiri, teropong mereka jauh sampai memotret HAM di negara lain. Kebebasan tersebut bahkan sampai tahap "boleh" menghina nabi agama lain, alias kebebasan yang justru menganggu kebebasan kaum lain-nya. Ironisnya mereka malah diam saat pakaian seperti ini dilarang di justru di barat sendiri.

Buku ini juga mengingatkan kita akan pembunuhan Marwa El Sherbini, di Jerman oleh Alex Wiens, seorang imigran Rusia yang menjadi warga negara Jerman. Marwa seorang wanita aktivis pengajaran agama dan sosial yang bersuamikan Elwy Ali Okaz seorang Doktor dalam bidang biologi molekuler dan genetika. Alex yang menghina Marwa hanya karena jilbab yang dia kenakan akhirnya dituntut di pengadilan Jerman. NamunAlex menikam Marwa yang tengah hamil anak kedua-nya dan gugur dengan 18 tusukan saat keluar ruang pengadilan. Hari kematian-nya 1/Juli/2009  diperingati sebagai Hari Jilbab Sedunia.

Sementara itu, baru2 ini di Beijing sesuai informasi yang saya baca tindakan pelecehan seksual semakin meningkat, dan menyebabkan otoritas setempat sangat menganjurkan pakaian yang sopan khususnya bagi karyawati disana. Namun harus diakui banyak wanita yang memang menikmati perhatian saat mereka menggunakan pakaian terbuka, padahal jelas berkorelasi dengan kualitas pria seperti apa yang mereka bisa tarik perhatian-nya. Sebaliknya sebagian kaum pria kadang menikmati perhatian pria lain terhadap pasangan mereka dan justru menganjurkan cara berpakaian yang menarik lawan jenis, tanpa sadar itu justru mempermalukan mereka.

Tak melulu unik secara isi, desainer cover buku Gobaq Sodor, juga membuat desain yang mengingatkan kita akan novel2 Habiburrahman El Shirazy. Jadi lengkap sudah keunikan karya yang ini dibanding karya Zaynur lain-nya. Akhir kata tetap buku yang menarik, meski mungkin sedikit dibawah karya Zaynur yang lain, namun tetap membuka wawasan sekaligus mencerdaskan.








Thursday, June 13, 2013

Tales From The Road - matatita

Sebagai seorang blogger lulusan antropologi UGM, Suluh Pratitasari memiliki kecermatan dalam menulis budaya lokal. Tak aneh dia sempat kecewa saat ke Kalimantan dan berharap memotret budaya setempat, ehh ternyata lokasi yang dikunjungi ternyata lokasi transmigran asal Jawa. Menurut-nya, beberapa daerah memang akhirnya kehilangan budaya lokal dengan adanya kebijakan ini, mungkin bisa dianalogikan dengan budaya Aborigin di Australia dan Indian di Amerika. Alhasil Tita banyak menemui orang sesuku-nya saat bertualang di dalam negeri. 

Tita (kita sebut demikian agar singkat), yang memiliki blog dengan link http://matatita.com ini juga memiliki selera humor dan kemampuan menulis yang mengalir, membuat kita kadang2 tertawa dan tidak terasa letih membaca buku tipis yang padat dengan informasi perjalanan. Seperti saat Tita menyimpulkan jangan takut sulit menemukan tempat makan, khususnya untuk wisata lokal, sebab nyaris disemua tempat termasuk Papua, Tita menemukan RM Padang sambil mengutip Neil Amstrong menemukan RM Padang saat menginjakkan kaki di bulan.


Sayang-nya buku ini memiliki sangat sedikit foto, dan hitam putih pula, namun foto paling berkesan bagi saya, adalah foto "nakal" Tita yang meleletkan lidah diapit dua pria Papua sambil memegang ujung koteka kedua pria tsb. 

Tita sudah mengunjungi banyak tempat di dunia, meski belum pernah mendaki gunung sama sekali, karena dia bukan tipe pencinta alam, namun lebih ke peminat budaya, Seperti yang diakui Tita, diving memang menarik, sayang ikan tidak bisa diajak ngobrol. Nepal, Edinburg, Asmat, Kamboja, Ubud, Thailand, Maluku, Lombok  sampai pedalaman Kalimantan untuk memotret kehidupan Dayak adalah  beberapa lokasi yang pernah disinggahi Tita.

Untuk buku panduan Tita juga membahas beberapa buku seperti Lonely Planet dimana Tita mengakui dia sorang pengagum Tony Wheeler, dan juga buku terbitan Periplus khususnya yang ditulis Kal Muller antropolog Hungaria. meski Periplus jarang memberikan informasi bagaimana mencapai suatu tujuan namun lebih ke informasi lokasi menarik dan budaya.  Selain kedua buku itu, dibahas juga sedikit mengenai buku lain seperti Rough Guides, Insight, dll.

Tidak banyak kesalahan dalam buku ini seperti nama upacara yang Tita sendiri lupa saat di Bali, atau ketika menyebut perseneling, Tita malah menyebut kopling di halaman 200, saat duduk disamping Supir. Dimana  bagian depan dijejali empat penumpang sementara tangan supir yang hitam bereringat memainkan tongkat perseneling diantara kedua paha Tita dan membuat Tita sejak saat itu tak lagi mau duduk di depan.

Dia akhir artikel, Tita memberikan kesimpulan tips dan tricks, maklum Tita memiliki pengalaman, hotel yang sudah dibooking ternyata disewakan ke pihak lain, ketinggalan kereta, pisah dengan rombongan, kecopetan, dijebak konspirasi angkot setempat pedagang dengan modus keliling2 untuk membeli permata, dll.

Tuesday, June 11, 2013

Freemansory di Indonesia - Paul W. Van Der Veur

Hemm jika anda berharap mendapatkan informasi yang terkini dari buku ini, maka anda salah. Buku ini hanya bercerita tentang satu masa dari keberadaan organisasi yang ternyata sudah ada sejak datang-nya VOC ke Indonesia. Namun buku ini penting karena mungkin hanya satu dari dua buku langka yang membahas Freemason khusus-nya di Indonesia selain karya Dr.Th. Stevens.

Jangan kaget kalau Freemansory ternyata sudah ada di Indonesia sejak lama bahkan sampai tahun 1940, kuil2 nya atau biasa disebut Loji/Lodge ada lebih dari satu cabang di Batavia saja, lalu Semarang, Surbaya, Pondok Gedeh, Yogyakarta, Surakarta, Probolinggo, Buitenzorg (Bogor), Magelang, Bandung, Salatiga, Tegal, Malang, Blitar, Kediri, Jember, Purwokerto, Sukabumi. Bukan cuma Jawa, Freemansory juga merambah Sumatera dengan Loji/Lodge di kota2 seperti Padang, Kota Radja (Kutaraja ?), Makassar, Medan dan Palembang.



Antara 1922 dan 1940,  ada sekitar 40 anggota yang direkrut dari suku Jawa dan sekitar 15 keturunan Tionghoa, yang semuanya merupakan orang2 kelas atas serta penentu kebijakan. Unik-nya buku ini juga dilengkapi oleh daftar nama anggota Freemason dimasa itu. Gubernur Jawa Tengah, walikota Bandung, Batavia dan Semarang, lalu Bupati Magelang, Bodjonegoro adalah beberapa tokoh yang terindikasi merupakan anggota Freemason di masa itu. 

Mengenai kenapa banyak merekrut suku Jawa, salah satu tokoh-nya yang juga bupati Semarang yaitu RM Poerbo Hadiningrat mengatakan "Kami orang Jawa menyukai upacara dan ritual" merujuk pada acara inisiasi yang dia ikuti.

Presiden Soekarno yang sempat berdiskusi dengan kelompok ini sepertinya masih terus curiga. Lalu pada diskusi satu jam di bulan Maret 1950 dengan petinggi Freemansory Indonesia, beliau mengajukan berbagai pertanyaan. Pertanyaan tersebut antara lain  soal kaitan dengan atheisme, panteisme, freethinker, keanggotaan terbatas, asal nama freemason, julukan "rumah setan" yang diberikan masyarakat dll.

Namun baru di Februari 1961, Presiden Soekarno menanda tangani undang2 Komando Militer Tertinggi yang melarang organisasi ini. Dengan alasan "Dasar dan sumber yang berasal dari luar Indonesia dan tidak selaras dengan kepribadian nasional" sekaligus mengakhiri dua abad Freemason di Indonesia.  

Mungkin juga tidak banyak yang tahu bahwa Raffles, Raden Saleh adalah sedikit dari tokoh2 yang diduga merupakan anggota serikat rahasia ini di Indonesia dan sekitar-nya. Sayang-nya tak ada informasi mengenai gerak gerik organisasi ini sejak Gus Dur kembali mengizinkan mereka beraktivitas pr bulan Mei 2000, sekaligus mengakhiri pelarangan Presiden Soekarno pada organisasi2 lain-nya seperti  Liga Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society, Vrijmetselaren Loge, Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization of Rosi Crucian.

Siapa Van Der Veur ? Meski tidak ditulis secara eksplisit, ada kesan dia merupakan bagian dari organisasi ini meski tidak jelas sejauh mana. Dia merupakan keturunan Belanda di Indonesia, yang lalu menjadi profesor di Ohio University setelah menyelesaikan master di University of Minnesota dan doktor di Cornell University. Dia meninggal 20 Januari 2011.  Dia juga pernah ikut bertempur melawan pendudukan Jepang.

Meski demikian buku ini tetap membantu pemahaman kita terhadap eksistensi Freemason  sejak ratusan tahun lalu. Kita bisa menyimpulkan dengan menyimpan rahasia di level tertinggi anggota, mereka juga berhasil merekrut tokoh masyarakat yang belum tentu menyadari agenda sebenar-nya misalnya seperti pembangunan Kuil Solomon. Secara isi, buku ini juga memiliki keunikan sendiri, karena sedikit-nya materi yang ada, sehingga nyaris disamai dengan jumlah halaman catatan tambahan dari penerjemah.

Monday, June 10, 2013

Danur - Risa Saraswati

Hemm bagi yang suka nama Danur jangan langsung buru2 menggunakan nama ini untuk memberikan keponakan, atau anak anda yang baru lahir ya. Karena, arti dari kata ini adalah cairan yang keluar dari mayat saat proses pembusukan. Sepertinya Risa pengarang kelahiran 1985, menggunakan nama ini sebagai judul karena, bau cairan ini sering sekali mengiringi penampakan mahluk yang biasa kita sebut sebagai hantu.

Saya sendiri tertarik membaca buku ini setelah beberapa kali melihat "penampakan" Risa, wanita Sunda berpostur "sehat" dengan wajah bulat serta ekspresi polos yang mengarang Danur dalam acara Tukul, dan Dedi Corbuzier.

Lantas apa sih yang diceritakan Risa ?, jadi dalam buku yang terdiri dari beberapa bab ini, Risa menceritakan dirinya, namun juga "sahabat" nya sejak kecil di rumah Belanda yang ditinggali keluarga-nya. Melengkapi cerita ini, Risa yang juga alumni Teknik Sipil salah satu PTS di Bandung ini menambahkan pengalaman lain-nya di lokasi2 yang berbeda beda.

Cerita nya cukup menarik dan menggambarkan mengenai arwah2 penasaran seperti anak2 Belanda yang dibantai Jepang saat perang kemerdekaan. Hal ini dimungkinkan karena Risa dapat melihat mereka dan bahkan juga berkomunikasi, hanya saja tidak dijelaskan bahasa apa yang dipakai. Sejarah memang mencatat bagaimana warga Belanda diperlakukan secara kejam oleh tentara Jepang.



Risa juga cukup sensitif, sehingga cenderung mudah  kesurupan, khususnya jika dia menolak interaksi, namun mahluk2 tsb memaksa mengendalikan jasad Risa. Hal2 ini bisa terjadi di tempat2 seram, ataupun saat di mobil ketika melintasi lokasi2 tertentu. Namun uniknya Risa sendiri bingung apakah ini kelebihan yang perlu disyukuri atau lebih tepat kutukan. Risa yang sejak kecil memang sering dikira orang berbicara sendiri ini akhirnya berusaha menerima keunikan tersebut menjadi bagian dari hidupnya.

Dari sudut pandang agama, AFAIK apa yang dilihat Risa ini bukanlah arwah yg sebenarnya, melainkan mahluk2 halus yang memang berfungsi sebagai pendamping alias Qarin, namun penampakan di dimensi lain, memang benar2 menyerupai almarhum khususnya saat kematian.

Apapun, buku ini cukup menarik, meski kurang detail saat menggambarkan lokasi dan sejarah dimasa dimana para arwah kehilangan jasad-nya, dan kita bisa belajar dari "mereka" bagaimana hidup seharusnya lebih dihargai. Cerita ini juga mengingatkan saya akan cerita Ibu saya saat orang2 tertentu  meninggal dunia di kampung, dimana Qarin ini kadang merasuki hewan2 di hutan, yang lalu berkomunikasi layak-nya almarhum. Hemm cerita yang menarik namun tidak saya anjurkan dibaca orang yang penakut.
 

Sang Kiai (2013) - Rako Prijanto

Kejutan bagi saya khususnya dengan nama sutradara Rako Prijanto yang baru saya dengar, namun justru saya nilai menghasilkan karya yang lebih baik dibanding film "Sang Pencerah" film mengenai KH Ahmad Dahlan karya sutradara yang justru lebih terkenal seperti Hanung Bramantyo.

Film ini juga membuat kita malu, karena  kembali mengingatkan bahwa kita tidak cukup berhasil mengisi kemerdekaan yang diperjuangkan pahlawan2 sebelum kita.  Juga mengingatkan kita bagaimana pesantren yang saat ini dipandang sebelah mata, khususnya dalam kasus2 terorisme, justru menjadi tulang punggung dalam melawan penjajahan. Tidak tanggung2, mulai dari zaman Jepang, Inggris dan juga Belanda.

Film ini juga "membongkar" misteri di balik kematian Mallaby jendral Inggris yang ditugaskan memadamkan pemberontakan pejuang kemerdekaan. Versi ini cukup mengagetkan karena menggambarkan pelaku yang berasal dari Tebu Ireng. Sayang-nya tidak dilakukan dalam konotasi heroik, karena saat Harun menembak Mallaby yang saat itu justru tidak sedang dalam posisi melawan. Penggunaan granat oleh prajurit Inggris juga terasa ganjil, saat Harun melawan karena justru akan membahayakan nyawa Mallaby.

Selain peristiwa Mallaby, hal lain yang menarik adalah penjajahan Jepang, meski hanya 3 tahun, kita jadi mengerti kenapa sangat membekas bagi bangsa Indonesia. Karakter Jepang yang terlihat ganas digambarkan dengan baik dalam film ini, khususnya adegan pembunuhan santri Tebu Ireng, atau saat penyiksaan KH Hasyim Asyari, plus tak lupa adegan pemenggalan pimpinan pesantren di Ancol. Meski sepintas, bagaimana Jepang memperlakukan penduduk jajahan berjenis kelamin wanita juga digambarkan, dan mengingatkan kita akan korban "jugun ianfu" di Negara2 lain seperti Korea.

Tentu saja bintang utama adalah KH Hasyim Asyari, bagaimana beliau menolak Sekerei (menghormat pada matahari), menyindir secara halus orang2 yang membantu Jepang, mengoordinasi pesantren untuk memutuskan fatwa jihad, bertahan terhadap siksaan fisik tentara Jepang, membentuk laskar Hisbullah, dan meninggalnya beliau secara khusnul khotimah dalam salah satu adegan terbaik di film ini.

Aktor2 dalam film ini juga bermain dengan baik, seperti Ikranegara (sebagai KH Hasyim Asyari) Christine Hakim, Agus Kuncoro (Sebagai KH Wahid Hasyim) dan juga aktor yunior seperti Adipati Dolken (sebagai Harun).  Catatan khusus bagi pemeran Bung Tomo, yang berhasil mengekspresikan semangat khas arek2 Suroboyo (bukan ala bonek alias suporter sepakbola ya) dan sekaligus menjadi penanda
Hari Pahlawan 10 November.

Salah satu kelebihan film ini menurut saya, nyaris semua pemeran asing bermain baik seperti Nobuyuki Suzuki, Andrew Trigg, dll sebagai tentara Jepang, tentara Inggris, sepertinya berbeda dengan kebanyakan film Indonesia yang menggunakan turis "kebetulan lewat", aktor2 asing yang terlibat dalam film ini bermain dengan mengesankan.



Film ini juga terhitung cerdas memunculkan ketidak setujuan terhadap sikap KH Hasyim Asyari, yang di gambarkan dengan cantik lewat tokoh Harun, yang akhirnya memilih perjuangan secara lebih keras dan gugur saat peristiwa Mallaby.

Aspek berikutnya yang menarik adalah penggunaan mobil2 militer Jepang di masa itu, pakaian serdadu dan senjata serta juga penggunaan bahasa Jepang. Begitu juga dengan mobil2 pejabat dimasa itu serta kostum2 lain-nya. Hemm tidak tanggung2 efek spesial juga sempat dimunculkan saat menunjukkan Surabaya tengah di bakar lautan api dan juga dengan pesawat pembom-nya sekalian. Sayang-nya saat menggambarkan mobilisasi massa, mobil yang digunakan sepertinya tidak mencerminkan model mobil saat itu, meski disamarkan dengan bendera NU.

Lantas apakah film ini selalu menggambarkan segala sesuatunya dengan serius ?, meski memang cenderung film serius, tak urung saya tertawa akan putusan memainkan seorang aktor kanak2 sebagai almarhum Gus Dur, karena rasa2ya wajah-nya memang cukup mirip dengan Gus Dur, meski tentu saja tidak berperan banyak dalam film ini.


1453 - Roger Crowley

Meski Crowley terkesan takjub dengan prestasi Mehmet di usia 21 tahun dalam menaklukkan Konstatinopel, memimpin ribuan pasukan dan menemukan berbagai strategi perang yang unik dan cerdas namun buku ini membuka sedikit karakter kontroversial Mehmet dimana dikisahkan Mehmet mengatur pembunuhan adik nya Ahmet Junior dengan membenamkan-nya di bak kamar mandi.

Sejauh yang saya tahu rasanya ini cuma cap buruk yang ditimpakan sejarawan Crowley pada Mehmet, karena abang-nya sendiri Ahmet Senior dan juga abang yang lain alias Ali bahkan  dengan kedua anak-nya dibunuh oleh pihak2 yang memang mendendam pada keluarga Sultan Murat ayah mereka. Jadi tidak aneh kalau keluarga kerajaan saat itu memang menjadi incaran pembunuh bayaran.

Bukan cuma itu, saat kegagalan armada laut Turki bertempur melawan armada laut bantuan bagi Konstantinopel dikabarkan juga beliau memberikan hukuman yang mengerikan. Hal yang justru tidak kita temukan dalam catatan di pihak Turki. 

Bahkan julukan beliau di Eropa adalah "Si Peminum Darah" serta digambarkan melakukan perusakan besar2an terhadap Konstantinopel, memerintahkan penjarahan, pemerkosaan  dan membunuh orang2 hanya karena memiliki kepercayaan yang berbeda. Padahal yang justru terjadi setelah penaklukan Mehmet membiarkan semua bangsa memeluk dan menjalankan keyakinan masing2 dan justru membangun Konstantinopel menjadi lebih indah dan mengagumkan. Serbuan itu sendiri juga terjadi lebih karena kekeras kepala-an, Konstantinus yang memilih tidak menyerah.

Beliau juga digambarkan tidak segan2 melakukan penyiksaan dengan teknik "sula". Hemm aneh juga bukankah teknik "sula" ini justru dipopulerkan Dracula Balkan alias Vlad yang memang dikabarkan sering menyiksa korban2nya dan merupakan salah satu pemimpin perang Salib.
Di bagian akhir buku, barulah Crowley mengaku, dia nyaris tidak memiliki catatan dari pihak Turki, dan nyaris semua sumber yang dia dapat kebanyakan dari catatan pihak Byzantium.

Bahkan dia mengakui bahwa beberapa catatan yang dia gunakan terkesan kurang dapat dipercaya dan cenderung berlebihan. Saya berpendapat dalam hal ini Crowley tidak melakukan "cover booth side" dan membuat buku yang sebenarnya mengalir dan enak dibaca ini menjadi terkesan tidak fair. Sumber2 seperti Uskup Leonard dari Chios, Nicolo Barboro si ahli kapal, Giacomo Tetaldi si saudagar, Nestor Iskander si pendeta yang diduga sempat berada di kubu Turki Usmani merupakan beberapa sumber yang digunakan Crowley.

Namun catatan pada masa itu memang kadang bersumber dari pihak2 yang takut akan hegemoni Turki sebagai representasi Islam baru, sekaligus menggantikan Arab yang mulai pudar. Dan kampanye hitam ini sangat diperlukan Paus untuk menggalang kekuatan di Eropa yang akhirnya merayakan kematian Mehmet, khususnya karena beliau terus menerus menakluk-kan dan meluaskan daerah kekuasaan serta sudah sempat mencapai Italia khusus-nya di-pinggiran.



Dari beberapa sumber lain yang saya baca, justru Mehmet merupakan salah satu pemimpin yang berusaha menjalankan perintah Qur'an dan Sunah Nabi, itu sebabnya gaya perang-nya mirip seperti Umar Bin Khatab, dan juga Salahuddin, yang membebaskan Yerusalem dengan sangat manusiawi. Bahkan Nabi Muhammad SAW sudah meramalkan beliau jauh2 hari sebelumnya sebagai sebaik-baiknya pemimpin dengan sebaik-baiknya prajurit. 

Berbagai macam teknik perang yang dikenalkan beliau, dan selalu dengan strategi rahasia yang baru terbongkar di saat2 akhir,  seperti melayarkan kapal melewati daratan, pembuatan menara serang, terowongan menembus benteng, pembuatan ibu dari segala meriam, menciptakan armada perang dilaut secara kilat, pengaturan logistik yang nyaris sempurna, penerapan punishment dan reward secara adil, sampai sekarang menjadi bagian dari legenda hebat yang terus dikenang. Termasuk perlakuan manusiawi-nya pada pihak lawan, dan pembangunan luar biasa yang dia lakukan di Konstatinopel yang kini dikenal sebagai Istanbul. 

Monday, June 03, 2013

De Dag Van De Golven (Tsunami) - Corien Oranje

Karya Corien Oranje ini memiliki beberapa judul, selain The Day of The Waves judul Indonesia-nya adalah Tsunami, sebuah kata yang disadur dari bahasa Jepang untuk menyebut sapuan gelombang dahsyat dari laut. Buku ini mengingatkan kita pada musibah 24/12/2004 dengan korban lebih dari 200.000 orang di ujung pulau Sumatera.  Karena bukunya tidak terlalu tebal2 disaat jeda membaca 1453 nya Roger Crowley, saya lalap buku ini dalam waktu satu jam lebih sedikit.

Meski ini cerita sederhana ala "teenlit" namun buku yang dibuat tahun 2006 ini menarik karena ditulis orang asing, sehingga sekaligus menggambarkan sudut pandang yang berbeda. Misalnya penggambaran dimana setiap orang dimasa masa sulit itu tetap berusaha menjalankan perintah Tuhan dan mencoba tetap berbesar hati.

Siapa Corien Oranje, dalam buku ini tidak dijelaskan secara detail, kecuali bahwa dia memiliki sahabat beragama muslim untuk menggambarkan cara2 kaum muslim beribadah, dan juga keterangan bahwa Corien memang sempat ada dilokasi bencana.

Selain menggambarkan bagaimana tsunami setinggi pohon kelapa menyerbu setelah sebelum porak poranda karena gempa susul menyusul, kita mendapatkan gambaran bagaimana perpisahan paksa keluarga yang terjadi, saat2 seseorang dipaksa memilih angggota keluarga yang bisa diselamatkan misalnya. 



Sungguh ini sebuah peringatan bagi manusia, apakah ini kutukan yang ditimpakan Allah pada Aceh, sesungguhnya kita tidak bisa selalu melihat dari perspektif seperti itu. Musibah adalah satu hal, namun dampak berikutnya tak kalah menyengsarakan, tinggal di tenda2 ala kadarnya, serangan berbagai penyakit, seperti paru, eksim, dll. Belum lagi bau mayat yang bertebaran dimana-mana.

Karakter manusia juga diperlihatkan dalam kondisi seperti ini, seperti tokoh seorang wanita yang tadinya kaya raya, lantas alih2 bersyukur karena selamat, namun mengeluhkan semua fasilitas dan bantuan yang dia terima. Untuk menggambarkan semua peristiwa ini, Corien menggunakan tokoh Dewi dan sahabatnya Yensi, dua anak nelayan di kapal ikan, sedangkan tokoh asing diperankan Lexie, seorang pekerja bantuan kemanusiaan dari Australia.

Kita juga diingatkan bagaimana sebungkus mie instan dan sebotol air bersih menjadi begitu berharga lebih dari apapun. Juga bagaimana persahabatan antar negara, agama  dan ras yang begitu indah, sekaligus menggantikan sanak saudara yang hilang dengan saudara2 baru yang datang dari seluruh dunia. Pekerja kemanusiaan seperti dari TEARWorld Relief and Helping Hands Foundation, selama berbulan bulan meninggalkan negara mereka untuk membantu. Hemm sungguh memberikan arti baru pada kemanusiaan.