Friday, August 02, 2013

Inspirasi dari Matius Yusuf


Kamis 1/8/2013, di kantor saya ada acara dengan mengundang Matius Yusuf seorang pria kelahiran Medan, dan  alumnus Fakultas Teknik Univ HKBP Nommensen Medan, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Marketing Agung Podomoro Land.  Topik yang dibahas Matius adalah mengenai dunia sales dan marketing, namun cara-nya yang khas membuat acara ini menjadi sangat menarik.

Menurut Yusuf suatu hasil dipengaruhi dua hal yaitu kondisi pasar dan reaksi yang kita lakukan. Jika kondisi positif dan reaksi positif tentu hasil akan positif,  dan  jika reaksi kita negatif meski kondisi positif maka hasil akan negatif, namun jika reaksi kita positif meski kondisi negatif hasil anehnya justru tetap akan positif. Jadi kesimpulan-nya sangat penting untuk bereaksi positif dan mau berubah agar kita dapat sukses. Bagi Yusuf setiap kegagalan adalah turning point.

Yusuf yang humoris, selalu tersenyum dan berpembawaan menyenangkan ini mengidolakan Norman Vincent Peale , pembuat buku The Power of Positive Thinking yang meninggal setelah mencapai usia 100 tahun lebih. Konon kabarnya Norman meninggal dalam keadaan tersenyum ditengah tengah keluarga besar yang mencintainya.  Berpikir positif diantaranya menyadari bahwa kita masih bisa bernafas dengan lancar dan gratis, masih memiliki kaki dan tangan yang dapat digerakkan, dll. Bayangkan kalau anda terkapar di ICU, setiap tarikan nafas adalah sekian banyak biaya yang harus dibayarkan.

Dalam buku Bong Chandra, seingat saya, sosok Yusuf dikategorikan sebagai singa, dan saat membahas tips untuk berteman dengan singa,  Matius Yusuf yang memiliki target penjualan trilliunan per tahun-nya adalah salah satunya. Sama seperti  yang juga dijelaskan Yusuf, berteman dengan orang2 sukses akan membuat berpikir dengan cara yang sama, melakukan dengan cara yang sama dan meraih sukses yang sama atau bahkan lebih.

Dalam acara ini ,Yusuf mengutip Saatchi & Saatchi (sebuah perusahaan agency dengan 140 kantor, di 76 negara dengan lebih dari 6500 karyawan) dalam menyiasati kondisi pasar dengan tiga hal penting yaitu;

Prinsip Pertama;  secara makro ekonomi kita harus berani Climb The Mountain, karena untuk naik kita memerlukan anak tangga, yang sebenarnya analogi dari tantangan atau masalah yang kita hadapi.  Artinya ubahlah sudut pandang anda agar setiap kesulitan dilihat sebagai anak tangga menuju sukses berikutnya. Untuk itu kita perlu melihat situasi dari berbagai sisi, kalau dari sisi yang satu jelek, maka dari sisi yang lain mungkin lebih baik.  Selain perubahan, kita juga harus mengamati pesaing, pelanggan dan kondisi perusahaan kita sendiri. 

Misalnya di sektor properti saat ini ekspat dari Eropa / Amerika berkurang, namun sebaliknya ekspat dari China malah melimpah. Yusuf pernah melihat seorang wisatawan China belanja di Dubai dan memilih 10 jam sedangkan Yusuf masih pikir2 untuk membeli 2 jam saja. Belum habis kagetnya, tiba2 Yusuf menjadi lebih kaget lagi mendengar wisatawan tersebut mengatakan “Yang 10 ini saya tidak mau, selain yang 10 ini mohon dibungkus”. Begitu juga yang terjadi di Singapore, apartemen di sekitar Marina Bay meski cuma studio berukuran kecil, laris manis diborong orang Indonesia, walau harga-nya bisa 20 milyar/unit. Yusuf juga menasehati untuk bisa langsung memanfaatkan momentum, tahu bedanya sunrise dan sunset, dan seperti kata orang bijak, bentuklah besi selagi masih panas.

Bagi Yusuf untuk sukses, pintar tidak lah penting, sambil bercerita dia dulu saat sekolah ranking 50 di kelas-nya (sementara yang ranking 1 skr hanya bisa bekerja di pabrik), namun semangat saja juga tidak bisa sambil mengingatkan para petani kita di desa sangat bersemangat dan bangun setiap pagi namun hidup mereka tetap berat.  Terus apa dong ? berdoa ? Jika kita berdoa namun tidak berusaha maka Tuhan malah akan bilang “Brisik lu ah, doa mulu tapi gak usaha !” kata Yusuf. Jadi gunakanlah ketiga-nya untuk meraih sukses. 

Yusuf juga mengutip humor tentang seorang China pemilik toko di Glodok yang sekarat dan dirawat di ICU, namun saat masih sadar dia mencoba mengecek semua anggota keluarga-nya satu demi satu, A Kiong mana ? hadir !, A Liong ? hadir ! jawab yang lain, demikian seterusnya, setelah menyadari semua keluarga ada di ICU, dia menjerit dan berkata “Semua kok disini laaa, lalu siapa yang jaga toko ???”, dan lalu meninggal.

Bagi Yusuf tidak ada yang sulit dijual, saat menjual ruko yang terletak di wilayah yang dekat dengan laut, Yusuf hanya menunjuk suatu titik agak tengah laut. Dan berkata "Nah bapak dan Ibu nanti ruko anda ada disitu (sambil berusaha mengalihkan perhatian pelanggan  dari warna laut yang kehitaman dan bau busuk khas pasar ikan, maklum lokasi-nya di sekitar Muara Angke)".  Lalu lanjut Yusuf "Coba bayangkan warna-nya begini, pemandangan-nya begitu", dan seterusnya sehingga di benak pembeli, imajinasi ini menjadi begitu nyata-nya dan mereka sama sekali  tidak segan2 untuk membayar 10 milyar per unit ruko.

Prinsip Kedua; Secara mikro anda harus Go To The Jungle, Yusuf mengutip Bryan Tracy yang mengatakan jika ada 10 prospek, 3 mau mendengar anda bicara, maka hanya 1 yang deal dan closing.  Untuk bisa menjalankan ini maka tidak ada jalan lain, setiap kita harus makan, tidur dan bermimpi maka lakukanlah di pasar, agar dapat merasakan denyut nadi pasar, dan dapat mengambil putusan terbaik sesuai kondisi pasar.  Lalu jangan lupa fokus, sambil menunjuk muka-nya. “Lihat muka saya properti banget kan, kalau anda membedah saya, maka yang anda temukan adalah pasir, semen dan batu !” kata Yusuf.  “Teman saya menjual apa saja, dan dia sama sekali tidak bisa meraih sukses, karena wajahnya abal2” tambah Yusuf lagi.

Uniknya sebagai marketer sejati Yusuf tak lupa langsung menjadikan momen kantor saya ini sebagai peluang dengan menawarkan kondominium di Tanjung Benoa, Bali, yang menurut Yusuf masih Early Bird (sambil menjelaskan hanya burung yang datang paling pagi yang mendapatkan biji2an paling banyak), dan kalau terlambat jadinya malah Angry Bird kata Yusuf dengan jenaka.  Lokasi yang berdekatan dengan bandara baru ini menurut Yusuf merupakan indikator harga yang luar biasa kelak di masa depan. Tidak tanggung2 ternyata di bagian depan auditorium acara kantor, Yusuf sudah membawa pasukan team sales-nya yang langsung memberondong karyawan kantor dengan berbagai brosur.

Prinsip pertama dan kedua ini dimata saya merupakan implementasi dari Think Globally and Act Locally namun disajikan dengan cara yang sedikit berbeda oleh Yusuf.

Prinsip Ketiga;  secara empati maka anda harus Think Like A Fish, yakni berpikir sebagaimana customer berpikir.  Bagi Yusuf untuk sukses anda harus ikut orang yang benar (Follow The Right People) , lakukan dengan benar (Do The Right Thing) dan pilih bisnis yang benar (Choose The Right Business).  Akhir kata tulisan ini ini saya tutup dengan kata2 yang dikutip dari pencerahan Matius Yusuf sbb;

The market is there, the problem is whether or not, you can grasp them (Pasar menanti anda disana, jadi ini bukan masalah baik atau tidak baik, namun semuanya tergantung pada anda bagaimana menyiasatinya).






No comments: