Monday, March 24, 2014

Pertemuan dengan Ratu Pantai Selatan


Saat masih kuliah sambil bekerja, saya dan rekan2 ditugaskan ke Cisompet, salah satu lokasi perkebunan di kawasan PTPN XIII (sekarang PTPN VIII Nusantara). Di lokasi ini lah PTPN XIII dimasa itu  menjalankan budidaya Kakao, Cengkeh, Kopi dan Teh.  Untuk ke sini kita melewati Garut dan pantai sepanjang jalur selatan, kadang pantainya terlihat kadang tertutup pepohonan. Setelah sekitar dua sd tiga jam menempuh jalan yang sangat jelek serta berbagai macam jembatan yang sering-seringnya dibuat dengan batang pohon kelapa, akhirnya Taft GT kami sampai ke Cisompet.

Untuk bekerja, mereka meminjamkan kami sebuah ruangan yang lantainya dibuat dari semen yang diperkeras, namun warna lantainya marun gelap dengan pola yang cenderung tidak rata. Saat malam menjelang, untuk mencegah kantuk rekan2 dari PTPN VIII bercerita kalau rumah tersebut dulu merupakan lokasi pembantaian kelompok yang diduga bagian dari organisasi terlarang. Menurut mereka pola  marun gelap itu merupakan bagian dari genangan darah yang sempat “membanjiri” tempat pembantaian tersebut. Mereka juga menyarankan kami agar tidak bekerja sendirian, karena konon kabarnya jeritan mahluk halus terkait korban pembantaian masih sering terdengar. Cerita seram tempat itu ternyata cukup menegakkan bulu roma kami yang terpaksa tetap bekerja malam untuk mengerjar target.

Pada malam kedua, mereka bertanya apakah kami mau ikut upacara di pinggir laut untuk menyambut kedatangan Ratu Pantai Selatan.  Pada hari2 tertentu di daerah ini memang dilakukan upacara terkait penghormatan terhadap Ratu Pantai Selatan. Sahabat saya yang menggeleng geleng tidak percaya, cuma di ditanggapi dengan senyuman oleh mereka. Dan lalu menawarkan untuk melihatnya sendiri jika tidak percaya. Sahabat saya mulai goyah, dan mereka semakin gencar meyakinkan kami kalau Ratu Pantai Selatan nantinya akan terlihat menuju daratan dengan kereta khusus beserta para pengawalnya. Melihat situasinya yang cukup sulit bagi rekan saya, maka saya coba menengahi, bahwa meski dia tidak yakin, namun secara  psikologis hal ini akan berdampak berat bagi dia dan dapat membuatnya krisis kepercayaan.

Saya lalu mengajak teman saya yang “terperangkap” undangan tersebut berbicara dari hati ke hati. Pada intinya saya menyarankan-nya untuk tidak ikut dalam upacara tersebut. Karena dengan ilmu agama pas2an yang dia miliki, maka dia potensil untuk ter”influence” dalam ritual yang bagi saya tak ubahnya interaksi dengan mahluk halus, sedangkan keyakinan saya mengajarkan hanya Allah-lah tempat meminta. Saya juga mengingatkan-nya bahwa memang pada ritual tertentu seperti saat saya tinggal di Bali, para dewa memang dapat dilihat bagi orang-orang tertentu dengan bantuan pendeta membuka indra yang mampu melihat penampakan, seperti misalnya Batara Guru dengan kendaraan Sapi-nya yang legendaris.

Jika kita tidak memiliki kualitas keimanan yang cukup, maka hal seperti ini jelas akan membuat kita goncang. Tanpa bermaksud menyerang keyakinan lain, bagi saya semua penampakan itu tak lain membuktikan kemampuan mahluk halus sebangsa jin untuk dapat mengubah dirinya dalam bentuk apapun agar dapat menyesatkan manusia.  Dan tugas kita lah mengenal Allah yang sebenar-benarnya Allah, agar jalan yang kita tempuh senantias lurus menuju kepadaNya. Menjelang dini hari sebelum detik2 penjemputan, teman saya akhirnya memutuskan tidak jadi mengikuti acara tersebut, dan meski kami kehilangan momen “dahsyat” menyaksikan munculnya Ratu Pantai Selatan, saya pribadi tidak pernah menyesal akan putusan yang sudah diambil.

Friday, March 14, 2014

Perencanaan yang baik adalah separuh dari kemenangan #2


Ada salah satu inspirasi menarik dari materi kuliah yang saya berikan di program Magister Manajemen UI, yakni mengenai kisah nyata pentingnya memiliki rencana yang dikutip dari buku Slack dan Lewis sbb;

Saat di tugaskan di pegunungan Alpen, sekumpulan serdadu Hungaria tersesat. Cuaca sangat buruk dan salju begitu tebal. Dalam kondisi yang dingin membeku dan setelah dua hari yang sangat mengkhawatirkan , para serdadu mulai menyerah dan mulai menyadari bahwa mereka akan mati membeku di pegunungan.

Namun harapan muncul ketika salah satu prajurit menemukan peta di kantong-nya. Gembira karena penemuan ini, mereka mulai merasa ada harapan kembali untuk lolos dari cengkeraman keganasan alam pegunungan Alps.



Akhirnya mereka memberanikan diri dengan menggunakan peta itu dan kembali dengan selamat ke markas pusat. Namun betapa kagetnya mereka ketika menyadari, bahwa peta yang mereka gunakan bukanlah peta pegunungan Alps melainkan pegunungan Pyrenees.

Apa sih moral of the story dari cerita ini ? Rencana (baca : peta) mungkin tidak sempurna namun rencana memberikan harapan dan petunjuk akan arah yang bisa dituju.  Jika saja mereka memutuskan untuk tidak berangkat karena tidak memiliki peta yang tepat, maka sama saja dengan memilih mati membeku. Namun peta salah tersebut memberikan mereka harapan dan keberanian untuk mencoba satu-satunya kesempatan yang ada.

Itu juga yang dilakukan Nando Parrado dalam bukunya Miracle in The Andez, yakni memutuskan untuk keluar dari comfort zone setelah berhari hari terpaksa memakan jenazah penumpang yang meninggal duluan, namun aksi mereka ini sekaligus menyelamatkan sebagian penumpang yang masih hidup dan terpaksa menunggu di reruntuhan pesawat.

Silahkan lihat artikel sebelumnya, serta karya Nando Parrado di link berikut;

http://hipohan.blogspot.com/2013/03/perencanaan-yang-baik-adalah-separuh.html
http://hipohan.blogspot.com/2010/09/miracle-in-andez-nya-nando-parrado.html

Wednesday, March 12, 2014

Maulwi Saelan Penjaga Soekarno Terakhir - Asvi Warman Adam dkk


Saat situasi semakin sulit, Soekarno berkata pada Maulwi Saelan, pengawalnya yang lahir di Makassar, 8/8/1928 ini dengan kalimat;  

"Saelan percayalah! Saya yakin bahwa nanti sejarah akan mengungkapkan kebenaran dan siapa yang sebetulnya benar, Soeharto atau Soekarno !".

Demikian salah satu tulisan dalam buku ini saat era kekuasaan Soekarno menjelang akhir, dan kalimat yang terasa kebenarannya kini, karena  32 tahun kemudian, tepatnya di tahun 1998, pemerintahan Soeharto ambruk dan cacat demi cacat-nya terbuka hingga kini.

Apa yang terpikir dengan judul buku ini ? tentunya momen dimana Maulwi Saelan masih bersama Soekarno, namun nyaris 75% buku justru membahas biografi Maulwi Saelan. Siapa sih Maulwi Saelan, kebanyakan orang jika disebut nama Maulwi Saelan pastilah yang diingat salah satu kiper dari team legendaris Indonesia bersama sama tokoh lainnya seperti Ramang, dll. Namun mungkin tidak banyak yang tahu, kalau Maulwi Saelan adalah salah satu anggota Tjakrabirawa, pasukan pengawal presiden Soekarno. Maulwi Saelan juga sudah bertempur sejak remaja melawan penjajah, dan bukan cuma di Sulawesi, beliau juga bertempur di Jawa, seperti saat peristiwa Sidobunder.



Lewat buku ini Maulwi Saelan berusaha membersihkan nama Tjakrabirawa, dan anggota2 nya yang sudah “pergi” duluan, dan dari buku ini juga kita mengetahui bagaimana Soeharto secara efektif  “menghabisi” lawan-lawan-nya. Untunglah di zaman Megawati, nama Maulwi Saelan dan Tjakrabirawa  seolah kembali dibersihkan, dari tuduhan tak berdasar. Bahkan Megawati memfasilitasi kunjungan paspampres era baru secara rutin ke lokasi Maulwi Saelan. Tjakrabirawa yang dibentuk tahun 1962 untuk mengantisipasi serangkaian percobaan pembunuhan Soekarno sejak peristiwa penggranatan Soekarno di Cikini 1957, akhirnya “direhabilitasi”.

Cara buku ini bercerita unik, Maulwi tidak dikisahkan sebagai aku, namun seakan akan orang ketiga, sehingga kurang mendekatkan diri kita pada sang tokoh dan perjalanan hidupnya. Juga  terlalu banyak materi mengenai sejarah di masa itu, tanpa memberikan kita persepsi bagaimana cara pandang Maulwi sendiri. Selain membahas hal hal diatas, juga dibahas karakter AE Kawilarang, Andi Azis, Sam Ratulangi, Westerling, Kahar Muzakkar, dll sehingga memberikan kita gambaran mengenai apa yang sebenarnya terjadi dimasa itu. Dalam buku ini juga disinggung mengenai kekejaman Westerling dan kroninya saat penjajahan Belanda. Bukan cuma di Sulawesi, kiprah Westerling di Angkatan Perang Ratu Adil, saat melakukan huru hara di dan pembantaian Bandung juga bisa kita temukan dam buku ini.

Hal2 yang diungkap kadang cukup mengagetkan misalnya pembantaian suku Ambon, alias peristiwa Ambon Moord,  yang dianggap sebagai antek-antek KNIL di Sulawesi Selatan. Namun sebaliknya bagaimana antar suku/agama menjadi begitu dekat dan menyatu juga terlihat, seperti saat salah seorang anggota pasukan Maulwi Saelan dari Indonesia timur bernama Fernandez mati-matian bahu membahu melawan agresi Belanda. Juga dibahas "blunder" Sam Ratulangi saat tak langsung mengumumkan mandat yang dia dapat sebagai Gubernur Sulawesi dengan pusat kedudukan di Makassar.  Meski didesak banyak orang termasuk istrinya, Ratulangi memilih jalan diplomasi, karena kuatir pernyataannya akan membuat pertumpahan darah yang mengorbankan anak anak Sulawesi.

Maulwi Saelan, juga mengungkapkan sisi2 menarik, bagaimana sehari hari Soekarno hanya mengenakan kaos yang sudah sobek di sana sini, meski para pemimpin dunia menyeganinya. Begitu juga ketidak percayaannya akan tuduhan penyalah gunaan wewenang dalam hal materi, karena tidak cuma sekali Maulwi Saelan tahu kesulitan keuangan Soekarno yang sempat minta tolong sana sini.

Saelan juga sama sekali tidak yakin keterlibatan Soekarno dalam G30S, beliau hanya tak ingin Indonesia cerai berai dan runtuh, dan ternyata hal ini dimanfaatkan pihak2 tertentu.  Pernyataan ini sekaligus membantah cerita versi ajudan presiden Soekarno, Bambang Widjanarko. Saelan juga menjelaskan arti pidato Soekarno mengenai kutipan Bhagavad Gita, perintah Kresna pada Pandawa yang sama sekali bukan dipicu keinginan untuk menghukum pengkhianat, namun lebih karena dipicu spanduk salah tulis yang memang secara kebetulan terpasang di belakang mimbar. Keyakinan Saelan bahwa Soekarno bersih juga didukung bahwa Ahmad Yani salah satu jendral korban pembunuhan, merupakan sosok kesayangan Soekarno.

Namun setelah G30S Soekarno dijauhi dan dikucilkan layaknya penyakit, seorang perwira Satgas Pomad membentak pengawal Soekarno yang membantu sang proklamator membuka pintu mobil. Kali yang lain saat di Istana Merdeka, Soekarno merasa kelaparan, mulai dari minta roti bakar, pisang, sampai nasi kecap, berturut turut diabaikan pelayan. Saat ke Cimacan, tak ada satupun penduduk yang mau membukakan pintu.  Lalu ketika di Ciawi beliau makan sate, maka pagi harinya si penjual sate ditangkap petugas Kodim. 

Soeharto yang terus menerus memperkuat kekuasaannya akhirnya membekukan Tjakrabirawa, yang dianggap sebagai pribadi-pribadi setia pada Soekarno. Lalu Tjakrabirawa dituduh sebagai penjahat, komunis, dsb. Baik Maulwi Saelan, Mangil dan Sabur ditahan. Maulwi Saelan yang sempat menjadi Kepala Staff di Tjakrabirawa dan lalu Wakil Komando Tjakrabirawa sempat diinterogasi lalu dipenjara. Dalam penjara dengan pintu berlapis serta sempit, dan kotor Maulwi Saelan terpaksa membuang kotoran di sel-nya sendiri, serta tidak mendapat makanan yang cukup. Bukan cuma itu gajinya selama lima tahun dipenjara juga hangus, begitu juga hartanya disita. Tahun 1972 dia dibebaskan begitu saja di usia 45 tahun, dan dengan susah payah Maulwi Saelan mengupayakan surat keterangan bebas PKI atau cap ET (eks Tapol). Untung saja Buya Hamka yang sempat menjadi musuh Soekarno justru mengangkatnya menjadi anak dan diminta mengurus sekolah Buya Hamka di Kebayoran Baru yang sekarang kita kenal sebagai Al Azhar Syifa Budi. Hemm buku yang menarik, dan memberikan sudut pandang baru terhadap sejarah Indonesia.

Friday, March 07, 2014

Sedekah Pemancing Rezeki #2


Beberapa saat lalu saya menerima cerita kiriman teman di Group WhatsApp mengenai petani Jagung yang berhasil meningkatkan kualitas jagungnya dengan membantu  proses penyerbukan berjalan dengan lebih baik. Petani ini membuka rahasianya berkali kali juara kontes tanaman, yakni dengan selalu membagikan bibit jagung terbaiknya pada petani disekitarnya. Dia mengatakan angin menerbangkan serbuk sari dari bunga bunga jagung yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang lainnya. Jika tanaman tetangganya berkualitas buruk, serbuk sari yang dia terima akan berkualitas buruk juga. Dengan demikian menolong tetangga adalah menolong dirinya sendiri juga.

Lalu teman yang lain cerita bagaimana dalam sebuah acara pelatihan, semua peserta diberi balon berwarna sama dan lalu menulis namanya masing-masing dengan spidol pada balon. Setelah itu semua balon digabung dengan balon lainnya dipindahkan ke ruangan lain. Lalu sang trainer meminta semua peserta masuk ke ruangan lain tersebut dan kali ini untuk mencari balon-nya masing-masing. Ternyata proses itu sangat sulit dilakukan, satu sama lain terlihat panik, dan bertabrakan, rebutan serta saling mendorong. Akan tetapi ketika instruksi diubah menjadi semua peserta cukup mengambil satu balon dan lalu mencari pemilik sebenarnya, maka dengan cepat semua peserta kembali mendapatkan balon milik mereka.

Pengalaman Yadi Sudjatmiko di website Jamilazzaini, seorang lulusan STM yang kini menikmati kemakmuran merefleksikan hal yang sama. Beliau saat ini merupakan seorang spesialis di bidang pemasangan peralatan di perut bumi pada lokasi pengeboran di Oman, dengan gaji yang bahkan mengalahkan sarjana teknik berpengalaman. Yadi mengatakan lokasi kerjanya memang tak terlihat (karena di perut bumi) namun soal gaji sebaliknya alias sangat terlihat. Semua itu didapatkan dengan prinsip yang sangat sederhana, jika anda ingin dilayani oleh Allah, maka layanilah sesama manusia dengan sepenuh hati. Yadi yang berprinsip selalu bangun pagi sebelum orang lain bangun ini, mulai berusaha memberikan layanan terbaik bagi sesama, setelah sempat menjadi room boy di sebuah hotel di Kalimantan, dan lalu sempat menjadi supir. 

Sejak masih bekerja di Pusat Komputer salah satu Institut Teknik di Bandung, saya memiliki tugas sampingan yakni mengajar beberapa mata kuliah seperti Programming Language, Algorithm, Database Design dan System Design. Pindah ke Jakarta, lagi-lagi saya mendapatkan tugas tambahan mengajar Software Engineering / Design Tools, serta Project Management. Di perusahaan sekarang tugas tambahan saya adalah mengajar Communication, Problem Solving and Decision Making, Leadership and Managerial, serta Project Management Tools. Sementara 1x seminggu saya mengajar di Magister Management UI sejak setahun terakhir mata kuliah ERP/eBusiness serta Strategic Operations.  Uniknya meski mengajar, ternyata yang terjadi justru saya banyak belajar dari pengalaman setiap peserta, dan menjadi lebih baik secara keilmuan. Sesungguhnya ilmu itu tiada habisnya semakin diberikan maka semakin banyak yang kita dapatkan.

Jadi mirip seperti kata Kennedy yang sedikit saya modifikasi, “Jangan tanyakan apa yang dapat diberikan sesama pada mu, namun tanyalah pada dirimu apa yang bisa kau berikan bagi sesama mu”, namun tentu saja versi asli kata-kata Kennedy adalah “negara” dan bukan “sesama”. Selamat memberi, melayani dan berbagi, serta silahkan baca tulisan saya sebelumnya terkait topik yang sama dengan cerita yang berbeda di

http://hipohan.blogspot.com/2014/01/sedekah-pemancing-rezeki.html

Thursday, March 06, 2014

Wikileaks, Situs Paling Berbahaya Di Dunia - Haris Priyatna

Buku yang menarik dan seperti yang ditulis dalam buku ini, sosok Julian Assange sang kutu buku dengan IQ 170, memang nyaris mendekati Blomkvist, tokoh rekaan novelis Swedia, Stieg Larsson dalam millenium trilogy *. Sebagian lain menyamakannya dengan Robin Hood yang "merampas" hak transparansi informasi dari pemerintah untuk dibagikan pada kaum yang berhak, yang selama ini tanpa sadar membiayai aksi-aksi pemerintah melakukan segala aksi kotornya. Namun jika mengatakan semua isi dokumen ini adalah fakta, tentu saja belum bisa, karena dokumen ini menggambarkan pandangan pemerintah Amerika terhadap semua negara non Amerika. 

Amerika juga menjuluki pemimpin negara lain dengan gaya olok2 seperti Angela Merkel dengan "Teflon", duo pemimpin Rusia Medvedev dan Putin sebagai "Batman dan Robin", Vladimir Putin sendiri disebut sebagai "Anjing Alpha" dan lain kesempatan disebut "Mata Pembunuh", Sarkozy sebagai "Raja Tak Berbaju" atau "PM dengan sepatu disco" , Hamid Karzai sebagai "Paranoid", Berlusconi sebagai "Lemah dan Sia-sia", Chavez sebagai "Hitler".  Beruntung SBY hanya mendapat julukan "The Thinking General".


Dokumen yang bocor meliputi email Sarah Palin, Guantanamo Bay, Laporan Pengadilan Kenya, Laporan Pengadilan Timor Leste, daftar anggota partai Inggris yang beraliran Neo Nazi, video pembantaian warga sipil Irak termasuk wartawan Reuters (yang dilakukan tentara Amerika sambil tertawa tawa di helicopter Apache), dokumen perang Afghanistan, belum lagi puluhan ribu kawat diplomatik Amerika diantaranya aksi Hillary Clinton memata-matai PBB, yang membuat Amerika malu luar biasa.

Wikileaks juga menyatakan mereka sengaja mencicil dokumen yang dirilis, agar setiap tema mendapat perhatian yang memadai. Juga untuk membuktikan kontradiksi antara penampilan Amerika di depan umum dan aksi di belakang layar.

Isi dokumen membuka sejumlah rahasia, misalnya kenapa Turki begitu sulit diakui sebagai bagian dari Eropa meski telah menerapkan sekularisme, karena campur tangan Vatikan yakni melalui Ratzinger. Atau campur tangan Inggris dalam pembunuhan massal lewat tangan tangan terlatih didikan Inggris yakni, Batalion Aksi Cepat, Bangladesh. Begitu juga konspirasi rahasia Yaman dengan Amerika dalam menumpas Al Qaeda. Tak kalah memalukannya, desakan kerajaan Arab Saudi ke Amerika untuk memotong kepala "ular" alias Iran. Juga terbuka-nya pesta2 liar anggota kerajaan Arab yang memiliki ribuan pangeran.

Tak ketinggalan soal Indonesia, dimana kawat diplomatik, mengungkap kasus pembunuhan Munir, keterlibatan Wiranto di Timor, dan bahkan analisa kekuatan partai peserta pemilu serta konspirasi TNI dan Polisi dalam "memeras" Freeport. Jadi memang dugaan selama ini bahwa Amerika selalu memata-matai negara lain, adalah benar adanya. Tak aneh kalau CIA diduga terlibat dalam skenario jatuhnya Soekarno dan naik-nya Soeharto.

Akibat-nya Assange dicari cari, dijebak, dan institusi pendukungnya seperti Amazon, Paypal, Mastercard,  semuanya dipaksa menjauh dari "penyakit" bernama Wikileaks. Untungnya Assange mendapat dukungan dari Anonymous yang segera merekrut 4000 hacker untuk balik menyerang institusi tersebut.  Politikus senior Amerika, Mike Huckabee, bahkan menganggap Assange layak dihukum mati. Uniknya Hillary Clinton menganggap ini merupakan serangan pada komunitas internasional, seakan akan Clinton berusaha mengalihkan issue bahwa ini lebih berdampak ke Amerika sendirian.

Tepat  sekali judul kata pengantar yang dibuat Idi Subandy dalam buku ini yakni " Ketika Rahasia menjadi Tontonan". Saya tutup review ini dengan kata-kata Julian Assange

"Jika kita hanya bisa hidup satu kali, maka jadikanlah hidup itu sebuah petualangan berani yang memeras seluruh kekuatan kita". 

* Catatan
Jika anda tertarik dengan novel Stieg Larsson silahkan baca review saya pada link berikut;

http://hipohan.blogspot.com/2012/08/the-girl-with-dragon-tatto-nya-stieg.html
http://hipohan.blogspot.com/2012/08/the-girl-who-kicked-hornets-nest-nya.html
http://hipohan.blogspot.com/2012/09/the-girl-who-played-with-fire-nya-stieg.html

Saturday, March 01, 2014

Pak Harto, Pak Nas dan Saya - Frits A. Kakiailatu

Saya sering mendengar nama Kakiailatu, namun dengan nama depan Toeti, sama sekali tidak menyangka kalau Toeti Kakiailatu justru istri urolog terkemuka Frits A. Kakiailatu. Beliaulah yang mengarang buku ini, untuk mengabadikan perjalan hidupnya, khususnya episode penting saat beliau menjadi dokter kepresidenan. Frits yang lahir di Magelang 17/7/1936 merupakan keturunan Ambon, dan satu dari sangat sedikit ahli urologi di Indonesia.

Entah karena paranoid atau mempunyai banyak musuh, untuk menjadi urolog Soeharto, ternyata Frits harus melalui serangkaian pemeriksaan. Intinya adalah semacam investigasi "bersih lingkungan". Dan karena memang diinginkan yang mempunyai background militer, Frits yang juga TNI AL lah yang akhirnya dipercaya untuk melakukan pembedahan terkait masalah urologi presiden.




Pada masa itu bersih lingkungan yakni, secara horisontal saudara, istri, mertua, menantu, sahabat dekat, lalu vertikal ayah, ibu, kakek, nenek, anak dan cucu. Dimana semuanya tak boleh ada keterlibatan dengan PKI atau organisasi massa terlarang lain-nya.

Karakter Frits yang keras suatu hari terbentur dengan situasi dimana beliau konfrontasi dengan team RSCM, Frits yang ngotot dengan pembedahan ulang harus berhadapan dengan ide endoskopi. Tutut yang akhirnya ikut intervensi marah pada Frits dan beranggapan hak keluarga memilih metode yang pas bagi Soeharto. Sejak itu Frits diganti dengan team RSCM sebagai team dokter kepresidenan yang baru.

Frits juga mengungkapkan ternyata pada masa itu, pemberitaan tentang kesehatan presiden merupakan hal yang harus secara hati2 disampaikan, meski misalnya terjadi operasi, humas presiden akan menyampaikan bahwa presiden melakukan pemeriksaan kesehatan biasa.

Ketika harus difoto paska operasi yang tak jadi, Soeharto yang sudah sempat (maaf) dicukur bulu kemaluannya minta agar Frits membuat para obyek foto tertawa, maka Frits lalu berkata "Ternyata Presiden hari ini tidak jadi ada tindakan, meski sudah siap, jadi anggap saja hari ini Presiden hanya ke tukang cukur". Soeharto terpingkal pingkal, dan srett ! foto Soeharto bersama 37 dokter ahli diabadikan dengan semua terlihat tersenyum lebar. Hal ini diperlukan untuk mencegah kepanikan di masyarakat mengenai status kesehatan presiden.

Bagi Kakiailatu dari semua tokoh yang menjadi pasien, hanya ada tiga tokoh yang selalu terkenang, yakni Soeharto, Nasution dan Abdul Latif. Namun jangan mengira sesuai judulnya buku ini akan banyak bercerita mengenai ketiga tokoh tersebut, yang hanya diliput tak lebih dari 20% isi buku. Karena sebenarnya buku ini lebih banyak bercerita mengenai perjalanan hidup Frits dan kebetulan ada sedikit persinggungan dengan beberapa tokoh penting sejarah Indonesia.


Karya Frits ini meski sangat tipis merupakan sumbangan sangat berharga dan menjadi satu dari sekian puzzle yang melengkapi sejarah Indonesia. Dan senang juga membaca akhirnya setelah begitu lama, Soeharto memutuskan untuk menjenguk Nasution saat sakit di RSPAD Gatot Subroto. Saya tutup review ini dengan ungkapan kritis Ibu Nasution terhadap pemberian gelar bintang 5 bagi Nasution, meski bagi Ibu Nasution pemberian gelar bagi purnawirawan terasa janggal dengan;

"Yahh Soeharto moet wel een vriend kiezen als Nas, om een vijf sterrige general te worden" yang artinya "Yaah Soeharto kan harus mencari seorang teman seperti Nas, bila ingin mendapat bintang jenderal besar"