Thursday, July 03, 2014

Opini vs Fakta, Belajar Kritis dari Kafil Yamin


Beberapa saat lalu saya membaca tulisan Kafil Yamin yang kritis dan menarik, mengenai “Jurnalisme tanpa malu” di link https://www.facebook.com/notes/10152284124424143/ , dan saat saya membaca surat Romo Magnis Suseno saya jadi sadar betapa saat ini perbedaan antara keduanya saat ini, semakin kabur. Saya lalu mencoba mengambil inisiatif untuk menulis mengenai beberapa contoh kasus, yang jika kita tidak hati-hati maka akan terjebak pada fitnah. 


Contoh kasus #1 Surat Terbuka Romo Magnis mengenai Perang Badar.

Romo Magnis membuat surat yang sangat mengkhawatirkan beberapa hal diantaranya adalah pidato Amien Rais mengenai perang Badar, di dalam surat tersebut Romo Magnis menyebutkan betapa analogi Perang Badar sangat tidak pas menggambarkan “pertempuran” antara kedua pendukung Pilpres. Padahal yang dimaksud Amien adalah, saat Perang Badar, Nabi Muhammad SAW menang, karena pasukan berperang tanpa pamrih, hanya semata mata karena Allah SWT, namun saat Perang Uhud, Nabi kalah karena pasukan pemanah meninggalkan pos kuatir tidak kebagian pampasan perang. Situasi ini diakibatkan bergabungnya koalisi dikhawatirkan karena motif untuk mengejar jabatan alias transaksional. Akibat masuknya opini, maka yang terkesan adalah sebaliknya. Belakangan Gus Sholah yang menjadi korban opini, pun mengakui bahwa beliau salah mengeritik Amien Rais karena tidak mendengarkan pidato Amien Rais secara utuh, sayang berita yang mendominasi justru adalah sebaliknya. Silahkan lihat di link berikut;

http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/07/02/n8322m-ini-penjelasan-romo-magnis-soal-pernyataannya-tentang-amien-rais
http://jogjapolitika.com/kritik-amien-rais-gus-sholah-akui-salah/
http://www.intelijen.co.id/ini-dia-klarifikasi-fatwa-soal-perang-badar-yang-pojokkan-amien-rais/

Contoh Kasus #2 Alissa Wahid Minta Spanduk Prabowo Catut Gus Dur Dicopot

Mari kita cek kasus kedua, dari judul berita terkesan seakan akan semua yang berhubungan dengan Gus Dur terkait pilpres, ditolak oleh Keluarga Abdurrahman Wahid. Pernyataan Alissa Wahid adalah sbb,
"Jadi kalau sekarang ada yang mengklaim Gusdurian memakai logo JGD (Jaringan Gusdurian) mendukung calon presiden nomor 1 itu bohong besar. Asal klaim," dan “Mengaku-ngaku kelompok Gusdurian cuma di momen-momen politik itu mengerikan. Mewakili berapa orang? Kerja nyatanya mana? Tidak Gus Dur banget,". Jelas sekali keberatan Alissa adalah klaim JGD dan bukan yang lain, namun perhatikan judulnya, yang seharusnya “Catut JGD” diganti dengan “Catut Gus Dur”, bukankah ada perbedaan besar antara “JGD” dan “Gus Dur” ? Silahkan lihat di link berikut;

http://pemilu.metrotvnews.com/read/2014/06/28/258593/alissa-wahid-minta-spanduk-prabowo-catut-gus-dur-dicopot
http://www.tempo.co/read/news/2014/03/18/078563335/Kampanye-di-Jember-Prabowo-Gandeng-Yenny-Wahid
http://www.suaranews.com/2014/06/hanya-isu-jika-prabowo-dilarang-memakai.html
http://nasional.inilah.com/read/detail/2113830/yenny-izinkan-gambar-gus-dur-dipakai-prabowo-hatta#.U7SlcvMU-YE

Contoh Kasus #3 Prabowo Siap Rangkul FPI

Lagi cap bahwa Prabowo mendukung FPI menjadi bagian dari opini yang disebar di media, mari kita cermati dalam link dibawah, jelas-jelas yang dikatakan Prabowo adalah "Saya kira kalau kita pelajari statement Mendagri dengan jeli, semua ormas memang harus dirangkul, termasuk FPI," dan "FPI bisa diyakinkan hidup damai terima Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, hidup rukun, sebagai komponen bangsa ya harus diakomodasi,". Jelas disitu adalah semua ormas yang diakomodasi adalah yang bisa hidup damai dan rukun serta bisa menerima Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian jika suatu saat gaya kekerasan tersebut dijalankan dan terbukti melanggar kedamaian dan kerukunan, maka FPI pun bisa ditindak sesuai norma dan hukum yang berlaku. Silahkan lihak di link berikut;
http://news.liputan6.com/read/730460/prabowo-siap-rangkul-fpi

Contoh Kasus #4 Sumpah Amien Rais Jalan Kaki Yogya – Jakarta.

Dalam berita Tempo disebutkan “Ia mengaku tak pernah membuat pernyataan seperti itu. Amien pun menantang agar penudingnya memperlihatkan kliping koran, rekaman radio atau televisi yang memuat pernyataannya yang menyudutkan Prabowo. Kalau terbukti ada, ia akan jalan kaki bolak-balik Jakarta-Yogyakarta”. Asumsikan kan lah berita ini benar, sementara judul berita Republika yang digunakan untuk mengcounter adalah “Prabowo Harus Dimahmilkan”. Pernyataan ini menurut saya tidak bisa diartikan menyudutkan, karena proses mahkamah militer adalah justru untuk membuktikan Prabowo bersalah atau tidak. Namun jika kalimatnya adalah “Prabowo jelas bersalah dan dia harus bertanggung jawab atas kerusuhan”, maka ini bisa diartikan sebagai menyudutkan. Opini saya bisa saja salah, namun hal terpenting adalah membaca media pada saat seperti ini, sangat memerlukan logika berpikir secara jernih. Silahkan lihat di link berikut;
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/06/269583073/amien-rais-akan-jalan-kaki-yogya-jakarta-pp

Mari kita dukung kampanye positif, semoga siapapun presidennya semoga membawa Indonesia selangkah lebih maju,  selangkah lebih dewasa, selangkah lebih kritis, dan selangkah lebih jujur.