Friday, December 30, 2016

Jelajah Banda Aceh dan Sumatera Utara : Part #3 dari 14 : Pantai Anoi Itam, Anoi Itam Resort, Puncak Balohan View dan Sea Food Murah Raya Cafe.


Karena memang sudah mendekati waktu saatnya Shalat Jumat, kami berhenti di salah satu Masjid di Pantai Anoi Itam. Disebut Anoi Itam, karena pasirnya memang kehitaman. Pantai Anoi  Itam ini berhadapan dengan Malacca Strait alias Selat Malaka.  Istri dan Si Bungsu menunggu di bangku panjang kayu, dan langsung dikerumuni ayam-ayam peliharaan penduduk, sementara saya dan Si Sulung shalat bersama Bang Romi.






Di dalam mobil, Bang Romi menyiapkan empat botol air mineral berbagai jajanan termasuk Pia Kacang Hijau yang menurut Bang Romi, merupakan kue khas Sabang. Entah kenapa Si Sulung suka sekali dengan kue pia ala Sabang ini. 

Selesai shalat kami langsung menuju Anoi Itam Resort, menyimpan barang bawaan pada dua dari empat kamar suite di depan kolam renang. Cukup kaget setelah tahu harga resmi perkamar adalah 1.200.000 IDR, sehingga total dua malam x dua kamar jika tidak melalui travel, maka kami harus membayar 4.800.000.  Dari sini kami menuju salah satu spot terbaik dengan pemandangan ke teluk dan pelabuhan Balohan.










Dari sini kami menuju salah satu view lain yakni di jalan Cut Nyak Dien alias Bukit Pulau Klah, melalui rute yang biasa dipakai menuju menuju Pantai Iboih. Setelah menanjak melalu perbukitan, lalu kami sampai di sebuah tempat dimana kami bisa melihat Pulau Klah, dibagian depan, dan nun jauh disana Pulau Rondo yang sebenarnya secara geografis pulau yang lebih ujung dibanding Pulau Weh. Lalu di sisi kanan terlihat Pelabuhan Bebas Sabang yang sempat dikunjungi Jokowi 2015 lalu dalam rangka deklarasi Freeport Zone layaknya Batam, namun entah kenapa menurut Bang Romi masih sepi-sepi saja.




Kami memesan rujak khas Sabang dengan kuah kental gula merah dan berbagai potongan buah yang didominasi Nanas. Lalu beberapa butir kelapa muda. Sambil menikmati pemandangan, yang sayangnya terhalang dua batang besar pohon kelapa, sehingga agak sedikit menyulitkan untuk diabadikan dengan kamera digital. Untungnya saat kembali menuruni bukit, saya meminta berhenti di sebuah bangunan yang belum selesai namun memiliki pelataran beton menghadap ke lokasi yang sama tetapi tanpa pohon kelapa seperti lokasi sebelumnya.






Lalu kami kembali ke Sabang untuk shalat di Masjid Babussalam, lanjut dengan mencari souvenir di Indatoe, Pasar Sabang, dan langsung menuju Murah Raya Cafe di sekitar tugu "I Love Sabang". Menurut Bang Romi tempat ini terkenal dengan ikan dan udang segarnya. Kita bisa memilih ikan atau udang yang akan dimasak sayang sekali saat itu tidak ada kepiting. Kami memutuskan memilih seekor ikan Kerapu Macan seberat 1,7 kg dengan harga 22.000 IDR per ons, sehingga harga totalnya 374.000 IDR, lalu seporsi kangkung, seporsi semangka potong, 4 jus jeruk, 5 aqua, dan 5 nasi putih. Total makan disini menghabiskan 481.000 IDR. 

Karena ikannya sangat besar, maka dipotong memanjang, sebagian di goreng dan sisanya dibakar. Masakan Murah Raya ini sangat nikmat meski cukup kaget ketika harus membayar. Maksud hati ingin juga menikmati Udang Galah, namun harganya yang mengerikan membuat kami urung menjajalnya.




Selesai makan kami kembali ke hotel untuk beristirahat, karena kebetulan dua kamar di samping kami kosong, kami sekeluarga memutuskan berenang sepuasnya layaknya kolam pribadi keluarga. Anak-anak yang masih lapar memesan Kentang Goreng panas dari restoran Anoi Itam Resort untuk dinikmati. 

No comments: