Thursday, December 28, 2017

Jalan-jalan ke Purwakarta #2 Dari 5 : Stasiun Kereta Api Purwakarta


Ketika keluarga besar istri berkumpul di rumah kami, kembali tercetus ide untuk jalan-jalan ke Purwakarta, apalagi karena destinasi Lembang nyaris selalu stuck di Setiabudi, sementara Garut ada kemungkinan stuck juga di Nagrek.  Maka kami langsung surfing dan menemukan beberapa spot baru menarik, dan langsung dibuatkan itinerary kilat, sebagai berikut;

  • Stasiun Kereta Api Purwakarta
  • Taman Air Sri Baduga
  • Giri Tirta Kahuripan
  • Sate Anwar
  • Penginapan Pondok Asri 
Sempat pangling juga saat akhirnya memasuki kawasan Purwakarta dan disambut berbagai patung kreasi Bupati Purwakarta yang terkenal kontroversial dengan paham berbau Sunda Wiwitan. Paham ini juga yang menyebabkan ybs beberapa kali terlibat selisih pendapat dengan ulama Purwakarta.

Purwakarta terdiri dari 17 kecamatan, 183 desa dan 9 kelurahan. Purwakarta berasal dari suku kata "purwa" yang artinya permulaan dan "karta" yang berarti ramai atau hidup. Lokasi kabupaten yang memiliki sekitar 1 juta penduduk ini sangat strategis karena dilewati rute di antara dua kota besar Bandung dan Jakarta (atau bahkan Cirebon via Cipali), yang menyebabkan daerah ini relatif selalu ramai.  

Kami langsung menuju stasiun Kereta Api,  karena tertarik dengan berbagai berbagai publikasi mengenai stasiun ini. Disini kebanyakan kereta yang sudah tak aktif ditumpuk begitu saja. Mereka yang dulu begitu berjasa pada banyak orang seakan akan berhenti disini sebagai perhentian terakhir. Bagi yang suku cadangnya masih bisa digunakan akan dikanibal sampai benar-benar habis kecuali gerbong tua.




“Pemakaman” kereta disini berasal dari seluruh kereta rel listrik ekonomi non-AC yang pernah beroperasi di lintas Jabodetabek sejak dihapuskannya KRL non-AC tanggal 25 Juli 2013. Di sini terdapat KRL Rheostatik, BN-Holec, dan Hitachi. Tidak ketinggalan, sisa gerbong KRL AC seri Tōyō Rapid 1000 dan Tokyo Metro 5000.

Sayang beberapa bangunan tua dibagian dalam tak bisa kami eksplorasi lebih jauh karena memerlukan izin dari kantor pusat PT KAI di Bandung. Padahal dari berbagai link yang saya lihat, ada bangunan gudang PT KAI peninggalan kolonial di bagian dalam dengan dinding merah yang terlihat artistik. Jadi kami hanya bisa menyaksikan onggokan kereta tua bertingkat-tingkat dari balik pagar. Selesai disini kami langsung menuju Taman Air Sri Baduga. 

Part berikutnya di link http://hipohan.blogspot.co.id/2017/12/jalan-jalan-ke-purwakarta-3-dari-5.html

No comments: